SANGATTA (1/9-2019)
Potensi produksi air bersih di Kutim diakui Plt Dirut PDAM Tirta Tuah Benua (T2B) Kutim, Suparjan masih besar. Bahkan ia menyebutkan saat ini kapasitas PDAM Kutim yang menganggur sebesar 150 liter perdetik.
Upaya Pemkab Kutim meningkatkan distribusi air bersih agar merata di semua kecamatan cukup besar yakni Rp80 miliar hanya untuk pembangunan IPA. Kepada Suara Kutim.com, mantan Kepala Bagian Teknik PDAM Kutim ini menyebutkan, dana yang dibutuhkan untuk membangun 1 unit IPA berkapasitas 1 liter perdetik memerlukan biaya sekitar Rp800 juta sementara IPA dengan kapasitas 1 liter perdetik mampu melayani 80 pelanggan. “Jadi dapat dihitung untuk satu sambungan baru dibutuhkan biaya hingga Rp10 juta,” terangnya
PDAM, kata Suparjan terus berupaya meningkatkan pelayanan termasuk meningkatkan penambahan pipa primer yang beraca di jalan besar, kemudian pipa sekunder yang masuk jalan kecil atau gang, serta pipa tersier.
Suparjan tidak membantah, untuk peningkatkan layanan PDAM di kecamatan, diperluka biaya besar karena sebaran penduduk yang masih jarang. Sementara di perkotaan seperti Sangatta Utara, pertumbuhan gang atau jalan kecil lebih cepat dari pembangunan jaringan sekunder. “Karena itu banyak rumah warga masyarakat yang berada di gang baru belum bisa terlayani, apalagi yang satu gang hanya ada dua atau tiga rumah saja,” ungkapnya.
PDAM Kutim, terang Suparjan terus berusaha mendapatkan dukungan baik Pemkab Kutim, Pemprov Kaltim maupun pemerintah pusat demi kesehatan masyarakat. Ia mengaku senang, Kutim salah satu kabupaten yang diundang Kementrian PU untuk mengikuti Rakornas PDAM di Bali. “Rakornas ini tentu terkait sumber pembiayaan dalam peningkatan layanan PDAM,” sebut Suparjan seraya menambahkan Bupati Ismunandar dan Ketua DPRD Sementara, Uce Prasetyo juga diundang.(SK11)
