SANGATTA,Suara Kutim.com
Kebutuhan akan tenaga pengajar di Sandaran, besar namun tidak semua guru bersedia ditempatkan di daerah terpencil di Kutim ini. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dkibud) Kutai Timur (Kutim), Iman Hidayat, mengakui daerah Sandaran punya kareteristik wilayah berbeda dengan kecamatan lain.
“Kecamatan Sandaran dikelilingi laut disepanjang wilayahnya sehingga untuk mengakses dari desa ke desa lainnya harus meggunakan transportasi sejenis kapal kecil dan perlu biaya besar, berikut kesiapan mental,” ujar Iman ketika disambangi wartawan belum lama ini.
“Kecamatan Sandaran dikelilingi laut disepanjang wilayahnya sehingga untuk mengakses dari desa ke desa lainnya harus meggunakan transportasi sejenis kapal kecil dan perlu biaya besar, berikut kesiapan mental,” ujar Iman ketika disambangi wartawan belum lama ini.
Berbicara soal pendidikan di Sandaran, Iman mengakui mengalami kendala besar yang tiada lain karena faktor geografis. Bahkan, ia mengakui pemkab sudah mengalokasikan dana besar untuk tenaga pengajar yang bersedia bertugas di Sandaran namun banyak yang tidak berminat. “Sandaran kesulitannya karena berada di tepi laut, kalau Busang meski jauh jelas jalan darat kemana-mana masih bisa,” bebernya.
Menyinggung tenaga pendidik di Sandaran, diakui cukup hanya penempatannya tak sesuai sehingga berapa guru masih berkualifikasi SMA namun akibat kekurangan guru maka juga diperbantukan mengajar di tingkat dasar. “Kalau dari sisi jumlahnya cukup tapi dari sisi kesesuaiannya kurang karena itu ada yang SMA tapi ngajar SD karena tidak ada guru,” katanya.
Untuk menyiasati kekurangan guru, Dikbud Kutim mengangkat guru honorer baik Pemkab maupun oleh sekolah sendiri untuk diperbantukan di sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru.
Secara periodik, jelas Iman, dilakukan pengangkatan guru yang sebelumnya berstatus honorer sekolah menjadi honorer Dikbud atau TK2D sehingga beban sekolah tidak berat untuk menanggung pembiayaannya.
Iman juga menyebutkan Pemkab memberikan intensif Rp2,5 juta bagi guru berstatus PNS yang bertugas daerah terpecil, sementara di Sangatta hanya Rp 1 juta. Ia mengakui, sebelumnya perbedaanya tipis namun setelah dilakukan pengkajian kembali dengan berbagai perhitungan agak jauh perbedaannya.(SK-02)