SUKRI (57) merupakan saksi kunci dari tabrakan antara Kapal Tawarani Baru Sangatta dengan ponton Pratama Abadi II yang ditarik tub boat Biak 6, mengaku tak bisa melupakan peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya.
Peristiwa yang terjadi di tengah malam dan berada di laut yang kedalamannya lebih 200 meter, menjadi peristiwa yang mengerikan. Meski tampak trauma, mantan pegawai PT KPC ini sempat menceritakan bagaimana tabrakan terjadi seperti gajah menginjak semut. “Kami baru saja makan malam waktui itu jam menujukan pukul 23.30 WITA,sedangkan ikan yang dimasak jadi lauk yakni ikan umpan karena belum mendapatkan ikan apa-apa karena arus deras sekali,” ceritanya kepada Suara Kutim.com yang menyambangi di kediamannya.
Setelah makan, Sukri minta izin kepada Zakaria untuk tidur sementara Zakaria dan Suwardi belum tidur. Belum lama ia menikmati tidurnya, Sukri terbangun mendengar suara benturan di depan yang belakangan diketahuinya kapal mereka sudah tersentuh tali ponton.
Melihat keadaan bahaya, Zakaria naik ke atas kapal serta teriak-teriak memberitahu kapten tug boat, sementara Suwardi – lari ke belakang seraya memberi tanda dengan senter kepada nakhoda tug boat, namun usaha mereka untuk tidak ditabrak ponton sia-sia karena saat yang bersamaan ponton yang ditarik semakin dekat. “Posisi kapal Tawarni berada di sebelah kanan ponton, tiba-tiba saja bagian depan ponton mengarah ke kanan sehingga menabrak kapal kami sehingga terbalik dan tenggelam ke bawah ponton,” kata Sukri.
Pria kelahiran Banjarmasin ini bersyukur kepada Allah SWT, pada saat kapalnya mulai terguling di bawah ponton, ia yang sedang berdiri depan kapal tiba-tiba badanya terkena tali ponton. Dengan tali sebesar guling anak-anak itulah ia bertahan dan menuju ponton yang masih ditarik tug boat. “Kalau saya jatuh, tentu langsung terguling di bawah ponton juga,” bebernya.
Dalam keadaan gelap dan udara dingin, Sukri terus berjuang mencapai ujung pontin. Perjuangannya tak sia-sia, karena ketika mencapai ujung ponton, ia langsung ditarik penjaga ponton yang belakangan ia ketahui bernama Muhdyansyah dan Darmansyah.
Setelah menyelamatkan Sukri, kedua penjaga ponton menyuguhinya teh hangat, kemudian memberitahu kapten tug boat jika kapal mereka menabrak kapal nelayan, sehingga kapal berhenti dan melakukan pencarian selama 2 jam namun gagal menemukan korban lainnya. Setelah gagal menemukan kawan-kawannya, Sukri akhirnya minta kapten kapal tidak melanjutkan perjalanan karena ia akan melapor ke polisi di Tanjung Mangkaliat.
Kemudian dengan menumpang kapal asal Palu, ia ke Desa Tanjung Mangkaliat kemudian melapor ke Pospol Tanjung Mangkaliat. “Saya melapor ke polisi, Minggu pagi setelah itu dilakukan pencarian dengan tug boat namun tetap tak menemukan kawan-kawan saya,” cerita pria yang sudah tinggal di Sangatta lebih 37 tahun.(SK12)