Jelang Jamaah Pulang, Pedagang Perang Diskon
PEDAGANG di Makkah dan Madinah umumnya bukan warga asli Arab Saudi, mereka dari sejumlah negara tetangga. Selama musim haji, mereka datang ke Makkah atau Madinah untuk berdagang seperti kain, kurma, mainan serta kebutuhan jamaah haji termasuk makanan.
Rata – rata mereka menyewa dan mendapat ijin khusus dari Kerajaan Arab Saudi, karena harus ijin tentu ada kewajiban yakni membayar sewa lapak atau gedung. Demikian dengan warga negara Indonesia yang berdagang makanan di sejumlah hotel atau pemodokan, harus mengeluarkan biaya sewa yang lumayan besar karenanya harga jual juga tinggi untuk ukuran kantong sebagian jamaah haji Indonesia.
Sesuia hukum pedagang di tanah suci tampaknya, pada awal-awal kedatangan jamaah haji mereka menjual barang dengan harga relatif tinggi atau mahal jika dilihat dari barang yang dijual terlebih bila dibandingkan dengan barang serupa di Indonesia.
Namun, ketika jamaah haji sudah melaksanakan wukuf dan kembali ke Makkah untuk persiapan melanjutkan perjalanan baik kembali ke tanah air atau ke Madinah bagi gelombang kedua, semua pedagang langsung menurunkan barang dagangannya hingga 10 persen.
Mulainya pedagang menjual dengan harga diskon ditambah label murah-murah, sejumlah jamaah langsung tertarik untuk berbelanja terlebih sebagai oleh-oleh dari tanah suci. Setlah shalat, amaah haji yang datang dari berbagai negara, membeli berbagai cendramata buat kerabat.
Selain pedagang resmi yang ada di mall atau toko-toko kecil lainnya, PKL membuka lapak disekitar pemondokan jamaah juga tak mau ketinggalan memberi diskon yang mengiurkan bagi jamaah. “Ayo-ayo, lagi murah – murah untuk oleh-oleh mari kesini,” kata seorang pedagang kaki lima seraya menawarkan dagangannya.
Membeli oleh-oleh, tidak didominasi jamaah haji Indonesia yang dikenal doyan belanja, namun jamaah haji sejumlah negara lainnya seperti Turki, India, Malaysia serta Banglades. Namun yang tampak kurang minat berbelanja adalah jamaah asal Cina yang kemungkinan besar karena barang yang dijual kebanyakan buatan Cina.
Sementara jamaah haji asal Turki, umumnya membeli barang bukan karpet, kopiah dan sajadah karena rata-rata yang dijual merupakan produk Turki, namun mereka memburu sejumlah tasbih.(syafranuddin/bersambung)