SANGATTA,Suara Kutim.com (25/1)
Kasus demam berdarah di Kutim tampaknya kian meningkat, sejumlah warga Kutim bertumbangan dihatam nyamuk aedes agypti. Hingga
minggu ke 3 bulan januari 2016, Dins Kesehatan Kutim menerima laporan sudah terjadi 165 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dimana 2 orang meninggal dunia yakni di Rantau Pulung dan Kongbeng.
Kepala Dinas Kesehatan Kutai Timur dr Aisyah didampingi Kabid P2PL M Yusuf, menyebutkan tingginya kasus DBD karena Kutim kini sudah memasuki musim hujan. Selain itu, terjadinya peningkatan mobilitas masyarakat, kondisi kekumuhan pemukiman yang ada saat ini serta adanya peningkatan jumlah penduduk.
Dijumpai Suara Kutim.com, Senin (25/1) siang tadu, Yusuf menyebutkan ada beberapa kebijakan yang sudah dilakukan Pemkab ahgar korban DBD berkurang diantaranya memberikan bubuk abate secara gratis yang bisa didapatkan di Puskesmas termasuk foging atau penyemprotan dilingkungan warga untuk mematikan nyamuk dewasa, namun upaya ini dirasa tidak maksimal tanpa dukungan masyarakat terutama untuk membersihkan lingkungan dari sumber berkembangbiaknya nyamuk aedes agypti. “Kegiatan masyarakat itu mudah saja yakni aktif melakukan
pengurasan penampungan air, mengubur tempat-tempat yang mampu menjadi wadah berkembang biaknya jentik nyamuk DBD, menutup wadah-wadah penampungan air bersih, serta membersihkan pakaian-pakaian yang menjadi wadah nyamuk bersarang,” imbuhnya.
Terpisah, Direktur RSU Kudungga Sangatta menyebutkan hingga minggu ke 3 dibulan Januari 2016 ada 115 orang pasien DBD yang dirawat. Bersama Kasubsi Hukum dan Humas, H Jumran, dijelaskan pasein DBD yang dirawat dari dari berbagai kecamatan di Kutim. “Biasanya datang dengan rujukan Puskesmas atau datang langsung ke RSUD Sangatta, dan setelah dilakukan pemeriksaan atau tes darah maka pasien diketahui terindikasi mengidap DBD. Maka langsung dilakukan tindakan rawat inap,” terang Bahrani.
Hal senada diakui seorang pria, Minggu (24/1) siang tampak tergopoh-gopoh membawa barang-barangnya menuju ruang tunggu pasien yang berada di teras depan UGD. Pria yang mengaku Marten asal Muara Wahau, mengaku sengaja membawa anaknya ke RSU Sangatta karena putranya yangb baru berusia setahun dalam keadaan panas tinggi dan diduga DBD. “Karena tidak ada perubahan saya langsung bawa ke Sangatta, meski dokter di Muara Wahau melarang,” ujar Marten.(SK-03/SK-13)