SANGATTA (31/10-2017)
Penerbangan perintis yang dilakukan Dominant Air, dipastikan Kadis Perhubungan Ikhsanuddin Syerpi kembali beroperasi setelah dilakukan pembicaraan dengan Air Bone. Kepada Suara Kutim.com, ia menerangkan sudah ada kesapakatan sehingga Dominant Air bisa melukan penerbangan dari Balikpapan ke Tanjung Bara dan sebaliknya.
Meski demikian, Ihsan tak menyebutkan apa saja yang menjadi masalah sehingga penerbangan perintis yang menggunakan dana APBN ini terhenti. “Syukur semuanya sudah clear, sehingga Dominant Air bisa terbang lagi melayani masyarakat Kutim,” ujar Ihsan.
Sebelumnya, ia menyebutkan penerbangan perintis dari Bandara Khusus Tanjung Bara PT Kaltim Prima Coal (KPC) menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Balikpapan terpaksa terhenti. Padahal, jalur penerbangan perintis yang disubsidi pemerintah pusat itu baru terbang melayani penumpang dalam dua pekan.
“Terhentinya pelayanan untuk sementara ada miss komunikasi antara Maskapai Dominant Air dengan Air Bone. Sekarang kami coba temukan kedua belah pihak, agar penerbangan bisa segera berjalan lagi,” terang Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kutai Timur (Kutim) Ikhsanuddin Syepi, Senin (30/10).
Disebutkan, meski sudah mendapat ijin terbang dari pemerintah pusat dan ijin penggunaan fasilitas bandara khusus, namun Dominant Air ternyata tidak memiliki pelayanan pendukung di Bandara KPC sedangkan yang ada milik dari Maskapai Air Bone yang lebih dulu menggunakan fasilitas bandara KPC. “Jadi laporan yang kami terima, pihak Dominant Air tidak meminta ijin kepada Air Bone. Karena, sebenarnya semua pelayanan yang ada di Bandara KPC berasal dari Maskapai Air Bone,” ungkap Ikhsanuddin.
Penerbangan perintis yang diharapkan ikut membantu arus orang dari Sangatta ke Balikpapan dan sebaliknya ini, sejak awal berjalan teseok-seok. Target Dishub agar bisa penerbangan yang menggunakan APBN bisa mengudara awal bulan Oktober lalu, ternyat meleset.
Demikian ditargetkan pada saat peringata HUT Kutim ke 18, Kamis (12/10) juga gagal, karena belum mendapat slot penerbangan dari Angkasa Pura. Sepekan kemudian sudah bisa terbang dan mendarat mulus di Tanjung Bara, namun kembali ngadat. (SK12)