JAKARTA (26/7-2019)
Indonesia satu-satunya negara yang jumlah jamaah hajinya terbanyak yakni lebih 200 ribu orang, data Kementerian Agama, jamaah haji tahun 2019 lebih 60 persen didominasi jamaah usia di atas 50 tahun yakni 72 ribu jemaah usia 51-60 tahun, 43 ribu jemaah usia 61-70 tahun, dan sekitar 11 ribu jemaah di atas usia 71 tahun belum termasuk data tambahan kuota 10.000 orang.
“Permasalahan utama bagi jamaah usia lanjut tentunya kemampuan fisik yang tidak sama dengan jemaah yang usianya lebih muda, ditambah permasalahan kesehatan yang sudah diderita ketika masih di tanah air. Sedangkan ibadah haji diutamakan kemampuan fisik dalam menjalani setiap prosesi haji,” jelas dr Mahesa Paranadipa – Wakil Koordinator Tim Pertolongan Pertama Pada jemaah Haji (P3JH) Kementerian Agama.
Ia menyarankan, jamaah usia lanjut dan yang memiliki keterbatasan pada fisik untuk mengutamakan ibadah-ibadah wajib pada prosesi haji yakni wukuf di Arafah hingga berada di Mina setelah wukuf. Sedangkanj, ibadah sunnah lainnya dilakukan setelah wajib haji dilaksanakan. “Dengan kondisi cuaca di Makkah yang luar biasa panas tahun ini, sebaiknya jamaah usia lanjut dan punya riwayat sakit sebaiknya fokus dengan ibadah haji saja, setelah tuntas ibadah haji bisa melaksanakan aktifitas lainnya,” pesan Mahesa.
Dijelaskan, pada waktu tertentu seperti waktu wukuf, mabit di Musdalifah hingga melontar jamarat di Mina, nantinya akan ditempatkan Tim P3H. “Tim P3H nantinya ada di daerah-daerah rawan jemaah mengalami kelelahan dan masalah umum lainnya seperti tersesat. Tim P3H, Insya Allah siap melayani, membina, dan melindungi jamaah haji asal Indonesia,” ujarnya seraya menambahkan Tim P3G meski berlatar belakang kompetensi kesehatan, namun selalu siap memberikan layanan umum, bahkan untuk menggendong jamaah jika dalam keadaan tertentu kendaraan tidak bisa digunakan.(SK12)