Sangatta. Perkembangan perkebunan sawit di Kutai Timur, ternyata mengorbankan komoditi pertanian lainnya. Pasalnya, dengan semakin meluasnya perkebunan sawit, banyak ladang pertanian khususnya persawahan yang beralih fungsi menjadi kebun sawit. Kondisi ini juga diamini oleh anggota DPRD Kutim, Arfan.
“Kita ini sebenarnya kecolongan. Banyak lahan-lahan potensial yang seharusnya menjadi lahan pertanian holtikultura dan persawahan, berubah total menjadi kebun sawit. Belum lagi iming-iming besarnya keuntungan yang dihasilkan dari berkebun sawit, membuat petani kita tergiur dan langsung menjual atau merubah lahan produktif mereka menjadi kebun sawit,” tutur Arfan.
Lanjut Ketua Komisi A DPRD Kutim ini, kini dengan jatuhnya harga tandan buah segar (TBS) sawit, barulah masyarakat yang semula adalah petani sadar dan gigit jari. Bahwa budidaya perkebunan sawit memang ada batas waktunya. Namun hal tersebut tidaklah terlambat. Karena masih ada sisa lahan produktif yang bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam, seperti padi sawah maupun sayur-mayur.
“Seperti di Kecamatan Teluk Pandan dan Bengalon, masih ada lahan-lahan potensial dan produktif untuk digarap sebagai lahan pertanian padi sawah. Tidak semuanya habis menjadi kebun sawit. Karenanya harus kita jaga, agar kedepan tidak ada alih fungsi lahan lagi dari sawah menjadi kebun sawit,“ ujar Politisi Partai Nasdem ini.