Beranda kutim KUA Sangatta Utara Kekurangan Penghulu

KUA Sangatta Utara Kekurangan Penghulu

0

Loading

Suasana ijab kabul di KAU
SANGATTA,Suara Kutim.com
Kantor Urusan Agama (KUA) Sangatta Utara  sekarang ini masih kekurangan pegawai termasuk tenaga penghulu. Menurut Syarifuddin – Kepala KUA Sangatta Utara, saat ini  saat ini ia hanya dibantusatu  orang tenaga tata usaha (TU) dan tiga orang tenaga penghulu sehingga kewalahan melayani permintaan masyarakat untuk akad nikah.
Syarifuddin mengatakan sebagai ibukota Kabupaten Kutim  dengan penduduk  lebih  70 ribu jiwa, permintaan akad nikah di wilayahnya hampir terjadi setiap terlebih-lebih kebiasaan warga Sangatta yang kerap menggelar perkinahan di hari kerja.  Mereka ada yang menikah di kantor,  masjid atau rumah. “Untuk memberikan pelayanan  penghulu yang ada seperti harus bekerja dua puluh empat jam, terlebih pasca Idul Adha banyak warga menggelar pernikahan,” bebernya seraya menambahkan di Kutim hampir semua KUA mengalami kekurangan pegawai.
Disinggung untuk mengangkat pegawai baru sebagai penghulu, ia mengakui sudah lama diidamkan namun terbentur dana. “Kami mau mengangkat tenaga dari mana uang menggaji tenaga penghulu ini karena tidak ada anggaran, selama ini hanya mendapat dana operasional sebesar dua juta  perbulan jadi tidak berani mengangkat tenaga penghulu,” jelasnya.
Ia menambahkan, dana operasional merupakan dana yang dialokasikan untuk transportasi petugas pencatat nikah, perjalanan dinas, alat tenaga kantor (ATK), pembayaran listrik dan PDAM serta telepon plus pemeliharaaan.
Mengenai “uang lelah” yang diberikan kepada penghulu, ia menegaskan sudah tidak diperkenankan sesuai rekomendasi KPK serta permintaan sejumlah masyarakat. “Jujur saja aturan mainnya yang mau menikah ya di Kantor KUA, kalau ada yang minta di luar tentu perlu waktu dan transportasi. Bisa bayangkan, bagaimana acara dirumah atau di luar lama, sementara ada juga yang mau dinikahkan karenanya seorang penghulu kadangkala ngak sempat menikmati hidangan apalagi mau menerima uang segala seperti yang ditudingkan selama ini,” ungkap Syarifuddin.

Mengenai minimnya anggaran, ia mengakui memaklumi karena anggaran kementriannya memang minim sementara KUA di Indonesia jumlahnya ribuan. “Demi kepentingan negara dan bangsa, kami mencoba untuk tetap eksis,” kata Syarifuddin.(SK-05)