SANGATTA (14/3-2019)
Mbak Tuntut mengaku bangga bisa menjadi bagian dari keluarga transmigrasi, tak heran ia menjadi Pembina Persatuan Anak Transmigran RI (PATRI) sebuah organisasi tempat anak transmigrasi bersatu untuk menyalurkan pemikiran, pandangan, pembinaan, dan pengembangan sumber daya manusia, mitra pemerintah dalam pembangunan bidang ketransmigrasian.
“Kami anak transmigran, merasakan manfaat transmigrasi, meski pada awalnya tentu harus melalui proses berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian,” kata Ketua Umum PATRI Sugiarto Sumas.
Menurut Sugiarto, kini rata-rata keuarga anak-anak transmigran hidup berkecukupan. “Ada yang berkarier di militer dan mencapai bintang dua, ada yang jadi guru besar dan bekerja di banyak sektor,” kata dia.
Meneruskan kerja besar sang ayah, Mbak Tutut terus membina PATRI sejak tahun 2004 dan memberikan pemikiran tentang apa yang harus dilakukan desa-desa transmigran menghadapi persoalan saat ini.
“Ada banyak tantangan bangsa, yakni kesenjangan kaya-miskin, kesenjangan antar-wilayah, masalah kedaulatan pangan, masalah pemenuhan energi ramah lingkungan dan masalah air layak konsumsi, yang para transmigran bisa bersama-sama berperan menghadapinya,” kata Mbak Tutut yang paling memungkinkan adalah dengan bersama-sama membangun desa mandiri pangan dan energi, setidaknya di wilayah-wilayah transmigran.
Desa mandiri pangan dan energy akan mengurangi ketergantungan energi fosil secara nasional, memacu perkembangan daerah transmigran dan mengurangi kesenjangan Jawa dan luar Jawa. Desa transmigran yang mandiri membuat masyarakat memiliki kedaulatan pangan dan energi, dan mengurangi kesenjangan kaya-miskin. “Jika ini terwujud, kemakmuran akan hadir di tanah-tanah transmigran,” kata Mbak Tutut. “Saya akan mendampingi para transmigran memajukan bangsa ini.” pungkas Mbak Tutut optimis saat berjumpa dengan ratusan anggota PATRI di Jakarta, Selasa (14/3) lalu.(SK12)