SANGATTA (31/3-2019)
Harapan agar pelabuhan laut Kudungga di Kenyamukan Sangatta Utara segera beroperasi, tampaknya masih jauh. Pantauan wartawan di lokasi beberapa hari lalu, terlalu banyak yang perlu diselesaikan Pemkab Kutim untuk menjadikan pelabuhan yang masuk gerai maritim itu, dapat disinggahi kapal laut yang berbadan besar.
Seperti masalah causeway agar dapat digunakan, tampaknya masih butuh ribuan kubik galian C, agar rata sehingga dilalui mobil. Ini tiada lain, bagian tengah tanggul causeway, kedalamannya masih bervariasi, antara 50-70 cm.
Jika ditimbun pakai tanah, maka tentu harganya murah. Ratusan juta mungkin bisa cukup untuk membiayai, namun tentu tidak layak pakai. Namun, kalau ini ditimbun menggunakan batu, atau koral maka butuh uang miliaran rupiah, agar bisa tertutupi, layak untuk digunakan.
Yang tak kurang pentingnya adalah jembatan menuju causeway, yang aka menghubungkan dengan sisi darat, yang diperkirakan sekitar 6 meter. Karenanya, meski causeway ditimbun, kalau jembatan ini tidak tersambung juga tidak bisa digunakan.
Pembangunan jembatan ini, membutuhkan dana tidak sedikit. Bahkan menuju causeway, masyarakat yang ingin rekreasi di pelabuhan, hanya mengunakan papan ulin yang disambung satu dengan lainnya, itupun hanya bisa untuk sepeda motor.
Belum lagi, dengan sisi darat pelabuhan, meskipun ada areal tentu perlu disediakan sarana perkantoran layaknya sejumlah pelabuhan yang ada. Saat ini, areal terbuka yang ada masih’lapangan merupakan tanah datar yang jika hujan akan menjadi lapangan berlumpur, sementara saat kemarau, akan jadi lapangan debu. Sementara di sisi laut, belum ada tanggul penahan ombak, yang dapat menahan ombak agar kapal yang sandar , aman
Hal tak kalah pentingnya yakni jalan masuk lebih kurang 2 km, baru sebagian kecil dicor. Mungkin masih butuh waktu beberapa bulan, agar proyek yang bsernilai Rp54 miliar itu, baru dapat sampai ke pelabuhan.
Selain itu, penerangkan berupa solar cell banyak sudah tidak fungsi lagi. Sebab baterai dari solar sel tersebut, semua habis diangkut orang ‘profesional’. Praktis, tidak bisa jadi penerangan lagi, karena yang tersisa hanya tiang dan panelnya.
Karena pelabuhan belum beroperasi, lamapu sudah tidak nyala, pelabuhan yang dibangun dengan nilai ratusan miliar itu, kini jadi lokasi rekreasi, baik siang apalagi sore hingga malam. Menurut warga yang yang membuka lapak, pelabuhan disiang hari jadi lokasi macing ikan, sementara malam jadi tempat nongkrong anak muda. “Kalau malam, apalagi malam minggu, banyak anak muda yang nongkrong di sini. Sebab Pelabuhan TPI sudah diawasi, jadi mereka pindah di sini,” kata salah seorang warga di Pelabuhan kenyamukan. (SK2)