SANGATTA,Suara Kutim.com (22/3)
Pelaksanaan MTQ Kabupaten Kutai Timur (Kutim) diakui Camat Sangatta Utara Didi Hardiansyah berlangsung sukses namun ia mengharapkan kedepan tidak ada kesan glamor yang harus menyedot anggaran besar seperti penggunaan kembang api saat pembukaan.
Ditemui disela-sela menanti malam penutupan MTQ Kutim ke 11, Sabtu (21/3) malam, Didi menyebutkan penggunaan kembang api sesuatu yang mubazir sementara di MTQ masih banyak kegiatan yang memerlukan dana salah satunya bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat untuk bisa menyaksikan MTQ. “Jujur saja, masyarakat Sangatta Utara mau ke arena MTQ tetapi terkendala ketiadaan transportasi terutama pada malam hari. Seandainya disiapkan dengan jam pemberangkatan tertentu mungkin banyak warga Sangatta yang menyaksikan,” ungkapnya.
Meski mengaku tidak banyak mempelajari soal ilmu Islam, ia menyebutkan penggunaan kembang api bukan salah satu tujuan dari perhelatan MTQ yang sebenarnya. “Kembang api hanya untuk hura-hura, terlebih-lebih penggunaanya dalam kawasan masjid karenanya perlu dikaji kembali sehingga tidak ada kesia-sian,” imbuhnya.
Sekedar diketahui dalam beberapa kali penyelenggaraan malam pembukaan MTQ di Kutim, malam pembukaan tidak terlepas dengan penggunaan kembang api. Bahkan pada MTQ se Kaltim, tahun lalu berlangsung setengah jam demikian pada malam penutupan. Memang tidak diketahui dana yang digunakan, namun beberapa sumber menyebutkan biaya yang digunakan untuk pembelian kembang api mencapai puluhan juta rupiah.
Maraknya penggunaan kembang api termasuk pada pembukaan MTQ Kutim ke 11 bahkan sebagai tanda MTQ dibuka, keadaanya mirip dengan perayaan malam pergantian tahun. Berbeda dengan penyelengaraan MTQ sebelumnya penandaan pembukaan MTQ hanya dihiasi dengan terbukannya mimbar tilawah atau replika Al-Qur’an yang dipadu dengan permainan cahaya serta diiringi alunan ayat – ayat suci. (SK-07)