SANGASANGA – Kecamatan tertua di Provinsi Kalimantan Timur, ia merupakan bagian dari wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Sangasanga dikenal sebagai Kota Pahlawan, karena kandungan alamnya terutama minyak bumi yang ingin dikuasai Belanda.
Minyak bumi di Sangasanga mulai dilakukan sejak tahun 1888 oleh perusahaan pertambangan asal Belanda. Karenanya, saat Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 14 Agustus 1945, Belanda berusaha untuk kembali merebut daerah-daerah kaya dengan sumber daya alamnya termasuk Sangasanga.
Keinginan Belanda merebut kembali sumur-sumur dolarnya di bumi Sangasanga, mendapat perlawanan warga Sangasanga yang puncaknya terjadi pada 27 Januari 1947. Peristiwa yang kini terus dikenang warga Kaltim ini, ditandai perobekan warna biru pada Bendera Belanda sehingga tersisa Merah Putih sebagai tanda Indonesia jaya dibumi Sangasanga.
Semangat pelangan Sangasanga inilah yang menjadi pemicu PT Pertamina EP Asset 5 terutama Pertamina Field Sangasanga untuk membangkitkan semangat masyarakat yang pernah mengalami “mati suri” ketika produksi merosot. “Kita ingin membuka mata masyarakat untuk berkarya di luar ring Pertamina, dan tambang batubara,” ujar Dika Agus Sardjono – Sangasanga L & R Assistant Manager Pertamina Field Sangasanga.
Masyarakat Sangsanga pernah merasakan dampak ketika produksi minyak merosot, dimana terjadi pengurangan tenaga kerja besar-besaran di lingkungan Pertamian sehingga Sangasanga seperti kota hantu karena dimana denyut ekonomi masyarakat, mati.
Pengalaman pahit itu membuat PT Pertamina EP Assset 5 melalui Pertamina Fied Sangasanga, berusaha membangkitkan gairah masyarakat untuk menatap masa depan lebih baik dengan membaca peluang usaha yang terbuka lebar.
“Pertamina menyambut baik keinginan masyarakat untuk menggerakan ekonomi daerahnya, meski masih dalam skala kecil atau boleh dikata uji coba namun masyarakat sudah merasakan hasilnya,” ungkap Dika.
Seraya menelusuri jalan berbatu menuju Kelompok Usaha Penggemukan Sapi Setaria di Kelurahan Sarijaya, Dika mengungkapkan potensi ekonomi dan peluang usaha di Sangasanga tinggi namun belum dimanfaatkan.
Peluang usaha yang terbuka lebar dan mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat, menjadi perhatian Pertamina Field Sangasanga. Selain memberikan modal awal, Pertamina Field Sangasanga aktif melakukan pendampingan terlebih dalam usaha menangkap peluang pasar.
Peran Pertamina Field Sangasanga dalam pengembangan usaha kecil dan menengah masyarakat dirasakan Kelompok Usaha Penggemukan Sapi Setaria, KUB Jaya Lestari yang berhasil mengembangkan home industri, KUB Keramba Karang Taruna Sarjaya yang mengembangkan budidaya keramba dan pengolahan pakan ikan serta Kelompok Tani Daya Karya Mandiri.
Salah satu binaan Pertamina Field Sangasanga yang boleh dikata berhasil luar biasa yakni Kelompok Tani Daya Karya Mandiri. Kelompok tani yang berada di Kelurahan Sangasanga Dalam ini, kini berhasil mengembangkan usahanya dalam berbagai kegiatan mulai perikanan, peternakan, hingga home industry.
Kelompok tani yang berada di bibir tembok tambang batubara, kini mengembangkan lele yang sebagian besar dipasarkan di Pasar Sangasanga, selain itu ternak sapi dan usaha pertanian lainnya. Untuk mendapatkan nilai ekonomi lebih besar, kelompok tani yang dipimpin Mardi Saipul Arip ini juga mengolah sendiri tambaknya termasuk membuat kerupuk ikan yang bahan bakarnya menggunakan biogas dari peternakan sapi.
Berkunjung ke Kelompok Tani Daya Karya Mandiri di Sangasanga Dalam, seperti berada di kawasan perternakan dan pertanuan milik Soeharto – mantan Presiden Indonesia. “Kami berusaha memadukan semua potensi yang ada sehingga bisa memberi andil dalam pengembangan usaha seperti kotoran sapi selain menjadi biogas untuk masak kerupuk, juga untuk pupuk alam pakan ternak sementara ikan lele selain dijual dalam bentuk ikan segar juga diolah menjadi kerupuk. Namu lebih penting, menjadi ladang pendidikan bagi siapa saja terutama kaum muda,” ujar Mardi seraya memaparkan kondisi kelompok tani yang terus berkembang pesat dan menjadi pusat pendidikan berwira usaha bagi warga Sangasanga.
Berkat bimbingan dan kepedulian Pertamina Field Sangasanga, warga Sangasanga mengaku tidak takut jika suatu saat produksi minyak bumi ambruk. Mereka mengaku berkat kebersamaan dalam bingkai kelompok usaha, banyak manfaat didapat selain keuntungan usaha.
Tak kalah penting dari buah kebersamaan dukungan Pertamina Field Sangsanga ini terus tertanamnya semangat gotong royong, kesatuan dan persatuan serta cinta tanah air dalam diri anggota dan keluarga serta masyarakat sekitar usaha. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan semangat juang digelorakan Sugondo dan kawan-kawan – pejuangan Merah Putih di Sangasana, saat menjaga dan merebut kembali tanah Sangsanga dari penjajahan Bangsa Belanda.
Kelompok – kelompok usaha yang dibangun Pertamina Field Sangsanga ini secara tidak langsung membangun benteng ekonomi masyarakat Sangasanga agar lebih kokoh menghadapi perubahan ekonomi. “Pertamina ingin masyarakat memanfaatkan peluang yang ada agar bisa berdiri kokoh seperti dilakukan pejuang-pejuang Merah Putih ketika mempertahankan Sangasanga, semua tentu tidak instan tetapi saat ini sudah dirasakan masyarakat terutama bagi mereka yang tadinya bekerja di batubara kemudian terkena PHK,” ujar Dika seraya menikmati kerupuk ikan lele karya teman-teman Mardi.***(syafranuddin)