SEBAGAI provinsi terbuka ditambahnya banyak sumber daya alam, menjadikan Kaltim sebagai daerah tujuan pencari kerja dari provinsi lain. Tak heran, Kaltim dijuluki sebagai miniatur Indonesia.
Beragam suku dan agama di Kaltim, tentu menjadi tolok ukur akan Kamtibmas Kaltim.
Pada tahun 2019, persentase gangguan Trantibum yang dapat diselesaikan dengan capaian kinerja 100%, sementara persentase Perda dan Perkada yang ditegakkan dengan capaiannya 50%. Kemudian, persentase penyelesaian dokumen kebencanaan sampai dengan dinyatakan sah atau legal dengan mencapai 100%.
Persentase penanganan pra bencana mencapai 20%, kemudian penanganan tanggap darurat bencana dengan capaian kinerja 60%. Disisi lain, persentase anggota Satpol PP berkualifikasi PPNS dengan capaian kinerja 6,94%.
Terkait masalah sosial, persentase Anak Terlantar yang terpenuhi kebutuhan dasarnya di dalam panti mencapai 0,99%, persentase lanjut usia terlantar yang terpenuhi kebutuhan dasarnya di dalam panti mencapai 2,77%. Persentase korban bencana alam dan sosial yang terpenuhi kebutuhan dasarnya pada saat dan setelah tanggap darurat bencana provinsi mencapai target atau 100 persen.
Sedangkan Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial yang disediakan di dalam panti dengan capaian kinerja 10 orang pekerja sosial yang tersedia dalam panti, serta tenaga kesehatan yang terdiri dokter, psikiater, peksos medis yang disediakan di dalam panti dengan capaian kinerja 3 orang tenaga yang tersedia dalam panti.
Meski Kaltim terdiri beragam suku dan agama, namun konflik sosial yang membuat gangguan Kamtibmas berkepanjangan tidak pernah terjadi sehingga membuat Kaltim sebagai daerah nyaman bagi investor. “Alhamdulillah, meski banyak suku, Kaltim tetap kondusif sehingga menjadi menjadi provinsi yang aman untuk berivestasi,” kata Gubernur Isran dan Wagub Hadi Mulyadi.(bersambung)