SANGATTA (16/8-2017)
Perkembangan industri hulu di Kutai Timur seperti pabrik Crude Palm Oil (CPO) ternyata tidak dibarengi dengan pertumbuhan industri hilir seperti minyak goreng dan sebagainya. Ini menyebabkan CPO harus dikirim ke luar kalimantan untuk kemudian diolah dan setelah menjadi barang masak, kemudian dipasarkan kembali ke Kalimantan yang sebenarnya merupakan daerah produksi.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kutim, kata Zubair, siap memotori berdirinya industri hilir di Kutim. Sebagai kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kutim, ia mengatakan Kutai Timur merupakan daerah kaya dengan potensi industri hulu. “Sayangnya produk-produk mentah tersebut belum tergarap dalam kegiatan industri hilirnya,” ungkap Zubair.
Kepada Suara Kutim.com,. ia mengakui kerjasama Pemkab Kutim dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Industri, Kementerian Perindustrian tentang penerapan hasil litbang, standarisasi dan industri hijau, kedepan teknologi terapan yang ada saat ini diharapkan juga bisa dikembangkan di Kutai Timur.
Menurutnya, beberapa produk yang bisa dikembangkan masyarakat dengan pola industri kemasyarakatan, seperti pengolahan produk bawang hutan atau bawang tiwai. Tanaman khas Kalimantan bisa diolah dan dikemas secara higienis dan modern dan memiliki nilai jual tinggi. “Masyarakat sudah banyak mengetahui khasiat tanaman ini untuk kesehatan. Belum lagi dengan produk-produk siap olah lainnya, yang sudah tentu bisa membantu masyarakat meningkatkan taraf perkonomian dan kesejahteraan,” ungkap Zubair seraya menceritakan sejumlah obat herbal dari China yang digemari warga Indonesia.(SK2)