KETERSEDIAAN minyak bumi dunia terus merosot, termasuk di Indonesia. Upaya mencari sumur baru dan potensi untuk dipompa terus dilakukan Pertamina sebagai operator perminyakan di Indonesia, namun tak semuanya berhasil sementara dana yang dikeluarkan tidak sedikit.
Merosotnya ketersediaan minyak bumi itu, menyebabkan berhentinya puluhan pompa angguk yang ada di daerah operasi Pertamina EP Sangatta, termasuk yang ditutup sementara dan permanen karena cadangannya yang tidak memungkinan untuk dipompa. ”Sudah puluhan unit pompa angguk yang tidak beroperasi lagi, selain itu sejumlah sumur ditutup total karena cadangannya minyak buminya tidak memungkinkan untuk dieksploitasi dan punya nilai ekonomi,” kata Legal & Relation Assistant Manager Pertamina EP Sangatta, Ifni Hidayat.
Pertamina mulai beraktifitas di Sangkima – Sangatta Selatan sejak tahun 1972, namun sumur yang digarap merupakan warisan Bataafsche Petroleum Masstschappj (BPM) sebuah perusahaan minyak asal Belanda (1902-1952).
Sebagai operator yang diberi kuasa penuh oleh pemerintah, Pertamina mengelola minyak bumi di Sangatta sejak tahun 1972 dengan melakukan perbaikan terhadap 6 sumur. “Masa kejayaan dengan produksi banyak yakni tahun 1979 mencapai 9.125 barel perhari,” cerita Ifni Hidayat – karyawan tertua di lingkungan Pertamian EP Asset 5 Field Sangatta.
Sebagai sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, minyak bumi yang ada di daerah operasi Pertamian EP Sangatta secara perlahan berkurang sehingga berdampak dalam capai produksi.
Pada tahun 2015, cerita Ifni, Pertamina EP Sangatta hanya mampu menghasilkan 1.200 barel per hari, dan di tahun 2016 ada peningkatan namun dikalkulasi dengan produksi dari Sambera sehingga mencapai 1.700 barel per hari.
Menipisnya produksi Pertamina EP Sangatta di era tahun 2000an ini tiada lain karena cadangan minyak bumi yang ada terus berkurang, disisi lain belum ditemukan sumur baru.
Pompa angguk yang terus mengangguk tanpa suara tidak semua menghasilkan minyak bumi. Dari 22 barel fluid yang dipompa hanya 2 – 3 barel yang jadi minyak bumi selebihnya air. “Di daerah operasi Pertamina EP Sangatta boleh dikata tak ada perawatan dan ekplorasi sumur baru. Produksi yang ada hanya eksisting atau produksi murni,” timpal karyawan Pertamina lainnya.
Dari tiga rig yang dikelola Pertamina EP Sangatta, sebut Ifni, hanya satu yang dapat menghasilkaan sehingga Pertamina EP Sangatta harus melakukan efisiensi di segala bidang agar biaya produksi tidak besar namun tetap eksis memompa sumber devisa negara.
Meski produksi merosot, kepedulian Pertamina EP Sangatta yang merupakan bagian dari Pertamina EP Asset 5 kepada masyarakat Sangatta Selatan, tetap eksis. Berbagai sendi kehidupan masyarakat menjadi perhatian Pertamina EP Sangatta mulai peningkatkan usaha ekonomi menengah yang sudah rasakan pengrajin seni ukiran kayu, sektor pendidikan dan kesehatan masyarakat termasuk pembagian sembako bagi masyarakat kurang mampu.
Pertamina yang lahir dari Bumi Pertiwi Indonesia, tentu tetap menjadi bagian dari pembangunan nasional terlebih serta menjaga ketersediaan energy di Indonesia di tengah-tengah persaingan global. “Semangat kami, sama dengan semangat pompa angguk tak akan pernah berhenti menggelorakan semangat pembangunan Indonesia Raya, apapun yang terjadi,” ungkap Ifni seraya mengamati pompa angguk di ST 160 yang terus mengangguk seakan mengaminkan pernyataanya.***(syafranuddin)