MAKKAH (21/8-2018)
Jamaah haji memang dituntut harus prima terutama saat melontar jumrah yang berjarak lebih 3 M dari pemondokan terlebih dengan cuaca yang ekstrim bagi jamaah haji Indonesia. Jarak yang cukup jauh bagi jamaah itu terutama yang tua, sakit ditambah kelelahan dari perjalanan Arafah dan Musdalifah membuat jamaah semakin kelelahan.
Suara Kutim.com yang melakukan napak tilas sejak Arafah sejak pukul 19.00 WAS , kemudian mabit di Musdalifah akhirnya berhasil melempar jumrah aqobah tepat adzan subuh. Perjalanan ke pelontaran tidaklah gampang karena tidak ada waktu untuk istirahat walaupun hanya satu menit karena petugas yang berjaga langsung mengusir dan meminta segera melakukan perjalanan.
Bagi jamaah yang akan melontar jumrah memang tersedia atap serta toilet, jadi toilet inilah tempat istirahat sejenak namun jika lama-lama juga pintu keburu digedor jamaah lain yang juga membutuhkan toilet.
Beruntungnya ketika melontar jumrah aqobah, suasana dipelontaran tampak lengang sementara jamaah haji dari India, Pakistan oleh petugas dilarang membawa benda-benda yang kerap mereka lemparkan ke jamaraat seperti alas tidur, payung.
Karena saat subuh sudah melemar jumrah Aqobah, Suara Kutim.com berkesempatan melaksanakan shala id Idul Adha 1439 H di Masjdil Haram meski harus merogoh saku lebih dalam karena taksi mengutip Rp200 ribu perorang untuk jarak 2 Km.(SK12)