Beranda kesehatan 10 Warga Kutim Meninggal Dunia Diserang DBD

10 Warga Kutim Meninggal Dunia Diserang DBD

0

Loading

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kutai timur, Muhammad Yusufsyah.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kutai timur, Muhammad Yusufsyah.
SANGATTA,Suara Kutim.com (15/7)
Warga Kutai Timur (Kutim) yang meninggal dunia disebabkan gigitan nyamuk aedes agypti sebanyak 10 orang. Kasus demam berdarah dengue (DBD) dalam kurun waktu 6 bulan sejak bulan Januari 2016 lalu sebanyak 1.162 kasus.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kutai timur, Muhammad Yusufsyah, Jumat (15/7) menyebutkan DBD di Kutim berkembang pesat akibat perubahan lingkungan. Saat ditemui Suara Kutim.com di ruang kerjanya, Yusus menyebutkan kasus DBD menjadi momok sejak tahun 2001. “DBD tidak ada obatnya dan pencegahannya hanya dapat dilakukan dengan memberantas sumber penularannya yaitu jentik dan nyamuk, nyamuknya berkembang pada kawasan bersih karenanya peran masyarakat diharapkan,” kata Yusuf.
Diungkapkan, pengasapan atau fogging seperti yang diharapkan masyarakat yang nyamuk yang mati hanya beberapa persen dan menyasar nyamuk dewasa semenetra jentik nyamuk maut tidak akan mati karena keberadaan jentik dalam bak mandi, drum, tandon, penampungan air pada dispenser, kaleng-kaleng bekas dan benda-benda lainnya tempat menampung air . “Sekarang ini yang lebih berbahaya, nyamuk telah menjadi lebih kebal dengan fongging sehingga pemberantasan dengan fogging tidak memberantas secara maksimal, bahkan pakar-pakar kesehatan menyatakan fogging hanya memberikan rasa keamanan yang semu kepada masyarakat,” bebernya.
Yusuf mengakui upaya lebih efektif untuk memberantas nyamuk tersebut masyarakat harus memberantas jentiknya harus ada kesadaran masyarakat. Ia mengakui menyadarkan masyarakat untuk peduli dengan menjaga kebersihan lingkungan menjadi tugas berat Dinas Kesehatan. “Dinas Kesehatan tidak bisa berbuat banyak tanpa ada dukungan RT, Desa dan Kecamatan. Penanggulangan DBD harus menjadi tanggung jawab bersama, terutama bagaimana memberantas jentik-jentiknya,” sebut Yusuf.(SK3)