MCK tradiosional (Foto Misran Abbas) |
SANGATTA,Suara Kutim.com
Camat Sangatta Utara Didi Hardiansyah punya cara tersendiri untuk mengatasi pencemaran sungai dari limbah rumah tangga, terutama limbah kamar mandi dan WC. Ia melihat warga yang bermukim disepanjang tepi sungai secara tradisional menjadikan sunga tempat membuang semua jenis sampah. “Karena sudah terbiasa, menyebabkan lingkungan kotor dan kurang sehat,” ujar Didi Hardiasnyah.
Berpengalaman dengan daerah lain seperti di NTB, Didi merencanakan akan memprogramkan sanitasi terpadu mulai membuat areal Mandi Cuci dan Kakus (MCK) terpadu. “Cara ini kami lihat di NTB, awalnya sanitasi jelek namun d adanya pembuatan penampungan kotoran terpusat di satu lingkungan, hasilnya bagus termasuk ada kamar mandi yang dijejer,” ungkap Didi.
Meski demikian, Didi mengakui membuat kamar mandi terpusat sulit diterapkan karena kebanyakan warga enggan mau antri mandi dan buang air. Karena itu, yang mungkin diterapkan adalah penampungan kotoran secara sentral.
Di NTB, ujar Didi, satu penampungan berukuran 100 meter persegi mampu menampung kotoran untuk 150 KK.
Untuk mewujudkan impiannya, Didi mengakui sekarang sedang dilakukan study dan kerjasama dengan Desa Singa Gembara tepat di Kabo serta Teluk Lingga. “Untuk dua lokasi ini telah kami siapkan dana sekitar satu miliar dua ratus juta rupiah, karena satu bak penampungan itu akan memakan biaya enam ratus juta,” katanya.
Disinggung apakah pembuatan MCK terpadu ini sudah disosialisasikan kepada masyarakat, Didi mengakui terus dilakukan termasuk meminta pendapat masyarakat. Ia mengakui, tidak mudah merubah prilaku masyarakat yang selama ini sudah terbiasa dengan membuang hajat di sungai atau kali.(SK-02)