USULAN pembentukan Kabupaten Kutai Utara (Kutara) bukan kepentingan segelintir orang tetapi lebih mengedepankan kepentingan percepatan pembangunan kawasn pedalaman Kutai Timur (Kutim) yang tiada lain Kalimantan Timur (Kaltim).
Dari delapan kecamatan yang bakal masuk dalam wilayah Kutara, saat ini baru Kongbeng dan Muara Wahau yang sudah menikmati jalan dengan kualitas baik, itupun baru terjadi dua tahun terakhir.
Sementara kecamatan lainnya yakni Telen, Batu Ampar, Long Mesangat, Busang, Muara Bengkal dan Muara Bengkal , masih berupa tanah bahkan kerap terendam dikala banjir. Masyarakat Muara Ancalong misalnya mereka kerap menderita apabila banjir datang, pasalnya hubungan antara Muara Bengkal dengan Muara Ancalong kerap terendam sehingga harus menggunakan perahu bermotor atau feri dengan resiko biaya besar.
Padahal catatan senjarah, Muara Ancalong merupakan kecamatan tertua di Kutim yakni lebih 116 tahun. Sebagai kecamatan yang dulunya terkenal akan kayu dan sumber alamnya,, kondisi kecamatan yang sebelumnya meliputi Busang dan Long Mesangat, benar-benar memprihatinkan.
Hubungan dari dan ke Muara Ancalong saat ini masih belum bisa dikatakan layak, kondisi ini menyebabkan perekonomian masyarakatnya sempat anjlok akibatnya daya beli masyarakat rendah.
Karena itu tidak heran, angka kemiskinan di kecamatan yang punya rumah tua dan bernilai sejarah ini, terbilang tinggi. “Kehidupan masyarakat Muara Ancalong pasca loging benar-benar ambruk, usaha rakyat boleh dikata mati total karena pendapatan masyarakat minim,” sebut Madon – warga Kelinjau Hulu.
Harapan masyarakat Muara Ancalong bisa bangkit terbentuknya Kabupaten Kutai Timur, ternyata belum dapat memberikan dampak besar meski sudah berjalan 16 tahun. Padahal saat Bupati Kutai dijabat HAM Sulaiman, diharapkan daerah pedalaman ini tersentuh pembangunan lebih maksimal dan kesejahteraan rakyat semakin tinggi disisi lain rentang kendali pemerintahan serta pembangunan lebih pendek.(SK-04/SK-11)