Beranda kutim Abdul Latief Nur : Habis Sudah Kapalku

Abdul Latief Nur : Habis Sudah Kapalku

0
Abdu Latief Nur (Kanan baju kaos putih) pemilik Kapal Boing Star, besama ABK Boing Star ketika ditemui Suara Kutim.com, Ahad (3/3) di Kampung Palet Sangatta Selatan.

Loading

Abdul Latief Nur (62) tak bisa berbuat banyak, satu-satunya usaha yang ia lakoni selama ini membawa dan menjual sayur dan buah dari Palu ke Sangatta, sudah kandas di Muara Sungai Sangatta. Tiga kapalnya yang selama ini mampu menghidupi puluhan kepala keluarha (KK), lenyap. “Semua habis sudah, satu-satunya kapal yang diharapkan bisa membantu buat kapal yang hancur, malah ikut hancur,” kata Abdul Latief Nur warga Palu – pemilik Kapal Motor (KM) Boing Star yang karam di Muara Sungai Sangatta, Jumat (1/3) lalu.

Kondisi KM Boing Star yang membawa sayuran seberat 12 ton setelah dihantam gelombang di Muara Sungai Sangatta, Jumat (1/3) pukul 11.00 Wita.

                Ditemui Suara Kutim.com di kediamannya di Kampung Palet Sangatta Selatan, pria yang sudah puluhan tahun tinggal di Kampung Palet Sangatta Selatan ini, mengakui KM Boing Star yang dikemudikan Sucipto Sutrisno asal Tanatoveja Donggal Sulteng, satu-satunya kapal dari Palu yang membawa sayur mayor dan buah dari Palu. “Kapal Boing Star itu sudah biasa ke Sangatta, ABK ya yang ada ini, mereka bahkan dalam seminggu dua kali ke Sangatta membawa sayur dan buah-buahan seperti durian, semangka, cempedak,” terangnya.

                Sebagai saudagar sayur dan buah, Abdul Latief Nur mengakui sebagian besar barang yang dibawa dari Palu milik petani yang belum dibayar. Sementara barang yang sudah dipasarkan di Sangatta, juga belum semuanya dibayar pelanggan. “Kini musibah datang lagi, habis sudah kapalku. Harapannya, mesin bisa diangkat agar bisa menjadi modal lagi,” sebut Latief yang mengaku belum bisa memulangkan ABK Boing Star karena belum punya uang.

                Kapal motor Boing Star yang membawa 12 ton sayur dan buah-buahan dari Palu – Sulteng, Jumat (1/3) saat memasuki muara Sungai Sangatta, kandas. Karena posisi kapal kurang sempurna, tiba-tiba gelombang besar datang menyebabkan kapal karam. “Kapal terbawa arus  ke lumpur Muara Sungai akibat angin  dan gelombang, kapal tidak bisa bergerak karena lumpurnya bercampur pasir sementara gelombang terus menghamtan kapal sehingga kapal oleng dan karam,” kata Sucipto yang sudah puluhan kali  belayar dari Palu ke Sangatta.

                Melihat kondisi kapal sudah tidak aman, Sucipto bersama  Saharuddin,  Ridwan Fajri, Amar, Rully, dan Syahrir, memilih menyelamatkan diri dengan menggunakan rakit yang telah disiapkan jika terjadi kecelakaan. “Kami menyelamatkan diri menggunakan rakit yang telah disiapkan, dengan rakit itu semua ABK berpegangan hingga mencapai pantai,” cerita Sucipto seraya menyebutkan perjalanan dari Palu ia tempuh lebih lama karena cuaca kurang mendukung.(SK11)