SANGATTA (6/4-2019)
Mimbar bebas yang digelar sejumlah mahasiswa di Sangatta, Jumat (5/4) kemarin di Monumen Kudungga Jalan Soekarno Hatta Sangatta Utara, ternyata ada peserta yang mengaku tidak mengetahui lokasi pembangunan pabrik semen.
Kepada Suara Kutim.com, 4 orang peserta mimbar bebas menjelang mimbar dimulai mengaku sama sekali tidak mengetahui lokasi Goa Tapak Tangan atau Pengunungan Karts Sangkulirang – Mangkalihat serta Gunung Sekerat. “Kami tahunya Goa Tapak Tangan, kalau Sekerat juga nggak tahu karena belum pernah ke sana,” kata ke 4 mahasiswa.
Mereka bahkan sempat kaget ketika dijelaskan antara Gunung Sekerat dengan kawasan Karts yang telah dilindungi berjarak jauh. “Kami baru tahu jika lokasi pabrik semen itu di Gunung Sekerat, bukan di kawasan Karts yang ada nilai budayanya itu,” sebut mereka.
Seperti diberitakan, sebanyak 50 orang mahasiswa di Sangatta, Jumat (5/4) kemarin, menggelar mimbar bebas di Monumen Kudungga. Aksi yang dikoordinir Erwin – mahasiswa STIPER ini menghadirkan sejumlah orator antara lain Iwan – Dosen STIPER, Rutsam Lubis – Ketua BPPD Kutim, Abi – alumni STIPER,
Para aktifis yang terdiri mahasiswa STIPER, STAIS dan STIE Nusantara ini menyatakan menolak pembangunan pabrik semen karena akan merusak lingkungan. “Mimbar bebas digelar untuk membutikan mahasiswa cinta lingkungan dan tidak mau ada pabrik semen karena merusak lingkungan,” kata Erwin.
Sementara Iman yang keseharainnya dosen pada STIPER, menyebutkan pembangunan pabrik semen di Gunuing Karts Sangkuirang bukti pemerintah tidak peduli dengan lingkungan. Menurutnya, apabila pabrik semen terjadi akan menggerus sumber alam yang ada serta membuat sumber air kering, karenanya pembangunan pabrik semen harus ditolak apapun alasannya. “Mahasiswa harus berani melawan aksi perusakan lingkungan, kehadiran perusahaan selama ini tidak juga membuat warga Kutim senjahtera karena masih ada saja yang narik ponton,” ungkapnya.
Pada orasi ke tiga, giliran Rustam Lubis yang tampil mengupas nasib pegunungan karts jika pabrik semen dibangun. Ia menyatakan mendukung aksi mahasiswa yang menolak pabrik semen karena merusak cagar budaya yang telah diakui dunia. “Cina banyak gunung karts, kenapa bukan tempat dia yang digarap untuk membangun pabrik semen. Banyak perusahaan di Kutim baik pertambangan dan kelapa sawit namun tidak memberi arti apa-apa bagi rakyat,” sebut Lubis.
Iapun mengambar kondisi pabrik semen di Kalsel yang banyak pekerjanya Cina, bahkan aparat pemerintah dilarang masuk. Adanya penambagan batu kapur, dinilai Lubis, menyebabkan penambangan ilegal saja karena perusahaan akan membeli batu kapur dari rakyat.
“Saya mendukung aksi penolakan pembangunan pabrik semen di Kutim yang disetujui Pemkab Kutim, dan tidak takut mobil dinas yang digunakan untuk ditarik kembali,” sebutnya.
Mimbar bebas yang berakhir pukul 18.00 Wita, mahasiswa memasang tiga spanduk yang bertuliskan “Aliansi Rakyat Kutim Tolak Pabrik Semen yang berisikan diantaranya berisikan Tolak Segala Bentuk Eksploitasi Yang Merusak Alam, abut Semua IUP Yang di Karts Sangkulirang – Mangkalihat
Serta Manusia Bisa Hidup Tanpa Semen / Tapi Manusia Tidak Bisa Hidup Tanpa Air dan Tolak Menteri LHK Yang Tidak Pro Lingkungan,”.
Seperti diberitakan Pemprov Kaltim dan Kutim sejak tahun 2006 memberi lampu hijau Gunung Sekerat di Bengalon, dijadikan areal pabrik semen oleh PT Kobexindo. Rencana yang tertahan sejak tahun 2006 ini, bakal dilanjutkan perusahaan dari Zhejiang, Tiongkok dengan investasi USD 2 miliar.
Pembangunan pabrik semen yang menggunakan areal bekas Latgab TNI, kembali mendapat dukungan warga Selangkau dan Sekerat yang sudah lama menanti kehadiran pabrik semen.(SK11)