Pergaulan remaja sekarang |
SANGATTA,Suara Kutim.com
Orang tua di Sangatta, harus kudu waspada pasalnya pergaulan remaja di kota ini masuk dalam fase mengkhawatirkan. Dugaan adanya remaja terlibat dalam dunia “pergaulan bebas” bahkan menjurus ke protitusi, mulai terkuak.
Polres Kutim, ujar Kapolre AKBP Edgar Diponegoro sudah lama mencium trend kenakalan remaja diluar batas normal ini. Melalui Kasat Reskrim AKP Danang Setyo Pambudi, disebutkan trend kenakalan remaja di Kutim terutama di Sangatta naik siginifikan mulai terlibat pencurian ranmor sampai pecabulan dan protitusi.
Disebutkan, kasus yang ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) kenakalan remaja rata-rata dilakukan kalangan remaja berusia 18 tahun kebawah atau setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). “Namun remaja setara SMP yang lebih dominan dalam permasalahan kenakalan remaja selama ini,” ujar Danang.
Didampingi Kanit PPA Ipda Rina, diungkapkan kenakalan remaja terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga serta masyarakat berikut sekolah. Disebutkan, berdasarkan analisa yang dihimpun Unit PPA, remaja terlibat berbagai kasus termasuk pergaulan bebas karena faktor pergaulan antar sesama. “Orang tua dianggap tidak mengenal siapa anaknya sesungguhnya, Mereka hanya tau anaknya bersekolah, belajar dan pulang ke rumah tanpa tahu apa aktivitas selama di sekolah,” sebut Ipda Rina.
Baik Danang maupun Rina, kepada wartawan, sama – sama menyebutkan orang tua kaget setelah mengetahui anaknya terlibat kasus bahkan asusila. “Sekarang banyak pelajar SMP menggunakan obat batuk cair yang bila dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan efek lain, apalagi dicampur dengan alkohol maka akan menyebabkan peminumnya teler,” ungkap Rina yang kini menangani berbagai kasus kenakalan remaja dan kekerasan dalam rumah tangga.
Dari pengakuan sejumlah remaja yang masih dalam pembinaan Unit PPA Polres Kutim, minuman oplosan mereka nikmati dengan bebas di sekolah atau setelah sekolah sehingga menyebabkan mabuk atau tidak sadarkan diri.
Rina mengaku sempat miris dengan keadaan yang ia hadapi pasalnya, pelajar SLTP yang terlibat ternyata banyak perempuan. “Saat diajak bicara, ternyata mereka mengakui kerap berbuat kriminal mulai berkelahi, mencuri, berbohong sampai seks bebas dengan sesama pelajar,” ungkap anggota Polwan yang kini harus kerap berdekatan dengan pelajar bermasalah ini.
Sejak Juli lalu, Unit PPA Polres Kutim, sudah menangani 10 kasus, 2 kasus KDRT dan 8 kasus yang melibatkan anak. Namun, ada puluhan kasus yang sudah ditangani, baik perkelahian dan kenakalan remaja lainnya yang diselesaikan secara damai dan kekeluargaan sesuai UU Nomor 11 tahun 2014 tentang peradilan anak yang mengharuskan segala kasus untuk dilakukan jalan mediasi damai dan kekeluargaan.(SK-02/SK-03)