TAMAN MAHKAM UMUM Raudhatul Jannah Serayu Tanah Merah menjadi saksi bisu kemarin (20/9) saat 5 jenazah dengan rincian 4 probable Covid 19 dan 1 Positif Covid 19 dimahkamkan dengan Prosedur Covid 19. Dimulai pagi hari hingga terakhir menjelang dinihari. Adapula 1 jenazah yang dimahkamkan dengan dikremasi. Total keseluruhan yang berpulang probable covid 19 dan positif covid 19 berjumlah 6 orang.
Sesekali terlihat relawan dan tim BPBD Kota Samarinda tertatih, kesulitan saat mengangkat peti jenazah melewati terjal tanjakan. Juga harus ekstra hati-hati saat berpijak pada tanah merah basah. Beberapa relawan yang terlebih dahulu berada di posisi atas, sigap mengulurkan bantuan agar tak tergelincir. Dibutuhkan kesabaran dalam menguburkan jenazah dengan protokol covid. Belum lagi APD lengkap standar masker yang berlapis, membatasi gerak, dan terengah karena jalan pernafasan yang terhambat.
Sebelumnya, pagi hari di RS AWS Direktur Rumah sakit AWS dr. David Hariadi Masjhoer, tak mampu menyembunyikan kesedihan yang dalam, disela-sela raut wajahnya yang tertutup masker, dokter yang karakternya ceria ini terlihat sekali tengah berduka. Ia ikut mensalatkan dan menitipkan doa terbaiknya, melepas kepergian salah seorang staf administrasi AWS yang termasuk salah satu jenazah meninggal probable covid 19.
“Betul,” jawabnya singkat saat ditanya “Belum landai juga sampai sejauh ini ya pak?”
Luka terdalam tentulah milik keluarga karena tak bisa menuntun kalimat shahadat ditelinga orang tercinta saat perjumpaan dengan ilahi semakin dekat, tak bisa mencium kening orang terkasih pada perjumpaan terakhir.
Data yang berhasil dikumpulkan kemarin, terdapat 5 pasien meninggal probable Covid 19 dan 1 positif covid 19 pada 3 rumah sakit yang berbeda di Samarinda. Masing-masing di RS AWS RJ (pukul 23.15), PM (pukul 02.40) AS (pukul 07.55), H (pukul 15.30), di RS Dirgahayu. MA (pukul 17.30) dan di RS Hermina,AW (pukul 10.58).
Kita semua mungkin sudah lelah. Sehingga terkadang bosan berada di rumah dan sudah tak tahan untuk beraktivitas normal. Namun lihatlah sejenak, kelelahan yang lebih, tentu dirasakan oleh tenaga medis yang sampai detik ini tiada henti-henti berjibaku menolong sesama. Slogan yang dulu sempat menjadi senjata ampuh “Anda di rumah untuk kami, kami bekerja untuk anda,”mungkin sekarang telah tersimpan sebagai arsip.
Kita memang percaya, tak mungkinlah hujan datang terus menerus. Sebesar apapun tetesan hujan, bahkan badai sederas apapun pasti akan berakhir. Di penghujung hujan, tentulah ada pelangi.
Namun bantulah tenaga medis dengan segenap kemampuan kita untuk menghadirkan pelangi. Caranya hanya satu, jangan abaikan virus kasat mata yang bernama Covid 19. Mereka ada dimana-mana, jumlahnya kian tak terbendung jika kita tak membangun benteng pertahanan yang kokoh secara bersama-sama.
Ketatkan protokol kesehatan, wajibkan 3 M (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan) dimanapun dan kapanpun. Marilah bersama-sama menyongsong pelangi diujung wabah ini. Bukankah itu yang kita rindu selama 6 bulan terkukung wabah covid 19 ini? (Inni Indarpuri)