SEBAGAI negara tropis, sama dengan Indonesia, di Republik Seychelles yang berada di Samudra Hindia, terdapat sejumlah tanaman sama dengan Indonesia seperti timun, lombok, terong, pepaya, tomat dan pisang.
Kalau bicara kelapa tentu sama hanya saja kelapanya kecil-kecil, sementara pohon pisang yang ada rata-rata rendah, namun buahnya tak jauh berbeda. Tak heran, banyaknya buah – buah yang hidup di negara tropis ini ada di Seychelles.
Kantong buah dan sayur di Republik Seychelles ini ternyata di Pulau Parslin, surga kecil di Samudra Hindia. Dipulau yang banyak dikunjungi wisatawan ini, beragam buah-buah tropis dijual di toko-toko kecil.
Ketika saya bertandang ke sebuah warung di Parslin, pandangan saya tertuju kelompok buah dan sayur. Pasalnya di kelompok ini, beragam sayur dijual termasuk buah – buah yang kerap dijual banyak di Indonsi terlebih-lebih di Kaltim seperti pisang muli dan pisang kepok.
Ketika ditanya asal buah-buah dan sayur, pemilik toko menyebutkan diperoleh dari warg sekitar yang memang mempunyai kebun. “Semua milik warga Parslin, mereka tanam sendiri di pekarangannya,” terang sang pemilik warung ketika saya menanyakan asal pisang Muli yang kerap menjadi buahj penutup makan.
Sebagai negara yang tergolong berhasil di sektor pariwisata, bayangkan saya dan kebanyakan wisatawan tentu saja apa yang disajikan restoran di Parslin tentu bergaya-gaya makanan khas dunia barat.
Itu tiada lain, ketika kami semua menyelesaikan makan siang oleh pengelola Restoran Pirogue, diminta tetap bertahan karena mereka akan menyajikan makanan penutup yang disebut-sebut makanan istimewa.
Kue yang ditempatkan di meja panjang, dari kejauhan tampak seperti makanan biasa bahkan terlihat kehitam-hitaman dan ukuranya sebesar gepal tangan bayi. Makanan yang disebut kue istiewa itu, semula tak banyak dilirik namun ketika satu dua orang mulai mencoba ternyata apa yang disajikan tiada lain kue Peler Kambing yang banyak dijual di Kaltim, dan kolak pisang.
Mengetahui apa yang disajikan ternyata Peler Kambing dan Kolak Pisang, sontak rombongan Pemprov Kaltim tertawa terbahak-bahak. “Peler Kambing sampai juga di Samudra Hidia,” kata saya seraya berlalu menuju mobil yang akan membawa kami pulang ke pelabuhan.(Syafranuddin/Habis)