Di Musdalifah Tidak Sekedar Mabit, Tapi Bisa Tidur Nyenyak
SETELAH salat magrib jama’ qashar Isya di Arafah, tepatnya pukul 18.45 Wita, saya meninggalkan Arafah menuju Musdalifah yang berjarak 11 Km. Perjalanan suci dengan jalan kaki ini, awalnya sempat mau dibatalkan pasalnya untuk keluar areal Maktab tidak gampang, karena petugas tidak mengijinkan, pagar tetap dikunci.
Karena sudah niat, akhirnya berharap keridhoan Allah SWT, Alhamdulillah tercapai. Tiba-tiba saja petugas pintu, dengan enteng membuka pintunya dan mengijinkan saya untuk keluar dalam artianmya harus meninggalkan rombongan.
Berbekal ransel yang hanya berisi botol minuman dan laptop, saya mulai menelusuri jalan keluar areal Arafah. Untuk menuju Jalan Arafah – Musdalifah ini, tidak perlu ragu karena banyak pentunjuk arahnya serta petugas yang berjaga. Aparat keamanan yang berjaga akan membantu mengarahkan kita menuju jalur khusus pejalan kaki.
Sementara rombongan saya baru meninggalkan Arafah pukul 00.00, ini tiada lain karena bus yang disediakan terbatas. Selain itu, jalannya tak lebih 5 Km perjam, dapat dibayangkan meski berjarak 11 Km harus beberapa jam waktu yang dibutuhkan untuk tiba di Musdalifah.
Setelah lepas dari batas Arafah, dan memasuki jalur khusus pejalan kaki ternyata betapa kagetnya saya jutaan jamaah sudah berada di jalur yang terang benderang, mereka ada yang jalan sendirian, satu keluarga, rombongan.
Melihat banyaknya jamaah, semangat saya terpompa lagi, malangnya tiba-tiba tali ransel putus sehingga membuat susah. Meski demikian, tak mengurangi perjalanan yang sudah lama saya idam-idamkan ini setelah melaksanakan ibadah haji pada tahun 1991 lalu.
Bagi jamaah yang jalan kaki, sejumlah fasilitas di sepanjang jalan selebar 25 meter ini tersedia dalam jumlah banyak seperti air minum, WC serta penyemprot air sehingga meski berjalan kaki, tak terasa panas malah lebih segar.
Selain itu, sesekali mendapat angin sepoi-sepoi dari helicopter yang terbang melakukan pemantauan. Sementara di sisi kiri dan kanan, dari kejauhan terlihat ribuan bus yang membawa jamaah menuju Musdalifah berjalan pelan sekali bahkan berhenti lama.
Tak heran, jamaah yang jalan kaki sudah tiba lebih dahulu di Musdalifah, bahkan mereka bisa leluasa beristirahat untuk melepas kelelahan. Selain tidur dengan alas tidur yang dibawa, ada juga yang menggunakan karton sebagai alasa. Selain itu, ada juga yang memanfaatkan waktu dengan mencari batu untuk melempar Jumrah Aqabah. (Syafranuddin/Bersambung)