Beranda ekonomi DPMPTSP Kutim Gelar Laporan Awal dan FGD Investments Project Ready to Offer,...

DPMPTSP Kutim Gelar Laporan Awal dan FGD Investments Project Ready to Offer, Susun Dokumen Studi Kelayakan Oleofood dan Oleochemical di KEK Maloy

0

Loading

SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Sebagai daerah yang memiliki luasan perkebunan kelapa sawit terbesar di provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), maka sudah seharusnya Kabupaten Kutai Timur (Kutim) melakukan pengembang sektor industri turunan kelapa sawit secara mandiri, baik yang berbasis makanan (Oleofood) maupun kimia (Oleochemical).

Terlebih didukung dengan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy, maka bukanlah hal yang mustahil jika pengembangan sektor industri turunan kelapa sawit tersebut dikelola melalui pabrik-pabrik yang berdiri langsung di atas KEK Maloy.

Karenanya, Pemerintah Kutim melalui Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kutai Timur menggandeng PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo) sebagai tim teknis dalam penyusunan dokumen studi kelayakan dan prospektus investasi (IPRO) bagi komoditas turunan kelapa sawit berbasis makanan (oleofood) dan kimia (oleochemical) di KEK Maloy.

Kepala DPMPTSP Kutim, Darsafani menjelaskan melalui Focus Group Discussion (FGD) Investments Project Ready to Offer (IPRO) komoditas turunan kelapa sawit berbasis makanan (oleofood) dan kimia (oleochemical), kajian-kajian ini nantinya menjadi satu produk dokumen teknis yang akan ditawarkan kepada investor.

“Jadi hasil dari IPRO ini adalah dokumen teknis lengkap tentang hasil kajian-kajian komoditas turunan kelapa sawit yang berbasis makanan (oleofood) dan berbasis kimia (oleochemical), yang nantinya akan kita tawarkan kepada semua perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kutim, serta investor luar. Jadi pihak perusahaan itu tinggal melaksanakan pengolahan sawitnya tersebut, apakah mau diolah menjadi produk berbasis makanan atau kimia,” jelas Darsafani.

Lanjut Darsafani, alasan memilih kajian teknis komoditas turunan sawit berbasis makanan dan kimia, hal ini dikarenakan melimpahnya ketersediaan bahan baku sawit. Tidak menutup kemungkinan, ke depan pihaknya akan mengkaji produk turunan dari limbah sawit untuk menjadi bahan olahan jadi lainnya, seperti bungkil, karnel dan miko sawit yang bisa diolah menjadi produk pupuk atau pakan ternak.

“Saat ini ketersediaan bahan baku kan cukup melimpah, sehingga kita memilih untuk mengkaji produk olahan yang berbasis makanan dan kimia. Sementara jika kita melirik selain produk turunan lainnya, maka masih banyak kekurangannya. Dan tidak menutup kemungkinan, ke depan kita akan mengkaji produk turunan dari limbah sawit, seperti bungkil sawit, kernel, dan miko, yang bisa diolah menjadi pakan ternak dan pupuk,” ujarnya.

Lebih jauh dikatakan Darsafani, dengn melibatkan sejumlah instansi teknis di Kutim, Sucofindo sebagai tim teknis kajian akan melakukan studi kelayakan yang meliputi pengumpulan data hingga survei lapangan. Penyusunan dokumen studi kelayakan ini diperkirakan akan memakan waktu akhir tahun 2024.

“Mereka (Sucofindo, red) akan mengambil data dari masing-masing instansi teknis, seperti Dinas Perkebunan, Bappeda dan lainnya, hingga melakukan survei lapangan langsung ke KEK Maloy dan beberapa perusahaan sawit di Kutim. Jadi penyusunan dokumen studi kelayakan ini diperkirakan akan memakan waktu hingga bulan Desember 2024 nanti,” pungkasnya.(Red-SK)