SANGATTA,Suara Kutim.com (27/4)
Asisten Adminitrasi Umum dan Keuangan Setkab Kutai Timur (Kutim) Edwar Azran mengakui pemanfaatan ekonomi sumberdaya alam saat ini, belum maksimal. Bahkan, penelitinnya saat mengambil program doktor tentang manfaat batu bara, manfaat ekonomi batu bara masih di bawah 30 persen dari nilai ekonomi.
“Karena manfaatnya masih kecil, perlu pondasi keilmuan, untuk mengelolannya sehingga memberikan manfaat, nilai efektif dan efisiensi yang tinggai bagi perekonomian masyarakat ,” kata peraih dokter pada sebuah perguruan tinggi ternama di Bandung.
Diungkapkannya, pondasi keilmuan diperlukan untuk makro ekonomi terutama ilmu terapan, yang mampu dilaksanakan untuk melakukan terobosan untuk melakukan efisiensi dalam penyelenggaran pembangunan demi efektifitas penggunaan sumber daya . Ia menandaskan, sumber daya alam yang dimiliki saat terbatas sementara kebutuhan manusia tidak terbatas karena itu perlu ilmu pengelolaan yang efisien dan efektif.
Ia menggambar kondisi batu bara yang belum memberikan manfaat maksimal terhadap masyarakat khususnya sekitar wilayah tambang. Karena masih di bawah 30 persen manfaat ekonominya yang melekat ke sistim ekomomi. baik manfaat langsung, manfaat market, manfaat turunan. “Saya bilang hanya sampah ekonominya yang menjadi bagian masyarakat, termasuk penyakitnya untuk masyarakat sekitar tambang. Karena tidak punya keahlian, “ jelasnya.
Diungkap, kalau ada keahlian, manfaat ekonomi langsung akan besar. Namun fakta, semua tenaga ahli pengelola batubara masih didatangkan dari luar Kaltim. “Jadi manfaat nasionalnya, memang besar, tapi untuk sekitar tambang, masih kecil,” katanya.
Akibat tidak adanya keahlian, dibeberkan, manfaat ekonominya kecil seperti pada bengkel kecil atau penyediaan angkutan karena selain kurang tenaga ahli, masyarakat lokal dari segi modal juga terbatas.
Sementara manfaat ekonomi turunan, ditandaskannya juga tidak banyak seperti di perkebunan saat ini listrik masyarakat sekitar kebun diterima dari perusahan perkebunan, namun di perusahan Batu Bara seperti KPC yang begitu besar belum bisa memberikan listrik bagi masyarakat. “KPC hanya mementingkan kepentingan internal, dan karyawannya. Bahkan sudah lama pemkab Kutim minta listrik KPC dibagi ke masyarakat tapi alasanya daya yang dihasilkan kecil. Jadi listrik yang KPC hasilkan hanya untuk kepentingan perusahannya, dan karyawannya,” beber pria kelahiran Sebulu Kutai Kartanegara ini.(SK3)