SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Di balik gemuruh ombak dan hembusan angin pantai Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, tersembunyi sebuah festival budaya yang memukau. Adalah Festival Sekerat, festival yang menyuguhkan kekayaan tradisi yang tak kalah sakral dari Festival Erau yang terkenal di Kutai Kartanegara.
“Kutai Timur memiliki potensi yang tak kalah indah dari daerah lain di Indonesia,” ujar Padliansyah, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kutim, Senin (15/7/2024).
Kabupaten yang berdiri pada 12 Oktober 1999 ini membentang sepanjang 500 kilometer persegi pantai, memberikan lanskap yang memukau dan memikat para wisatawan.
Dikatakan, Festival Sekerat Nusantara dimulai dengan doa bersama dan ritual tepung tawar adat Kutai untuk keselamatan dan tolak bala. Tradisi ini diwariskan dari leluhur Tanah Kutai dan mencakup dua kegiatan utama, yakni Pelas Laut dan Belian. Pelas Laut Desa Sekerat, sebuah tradisi kuno, dilakukan untuk memohon keselamatan bagi pantai dan penduduk setempat. Ritual ini mempersembahkan syukur atas hasil bumi kepada penguasa alam semesta, dari tanah hingga laut.
“Kemudian ada prosesi ritual dimulai dengan masyarakat menggotong perahu naga menuju tepi laut. Kain kuning yang membentang di atas pasir menjadi alas perahu tersebut. Setelah pemasangan layar, perahu naga ditarik ke tengah laut menggunakan perahu lain, membawa sesaji yang dilarung ke laut,” terang Padli yang juga selaku Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Kutai Timur.
Padliansyah mengungkapkan kekagumannya pada tradisi ini, “Festival Sekerat menjadi istimewa karena dilaksanakan di tepi laut. Jika mengulur naga diadakan di Sungai Mahakam pada Festival Erau, di Desa Sekerat prosesi ini dilakukan di pantai hingga ke laut. Ini luar biasa,” sebutnya.
Kehidupan di beberapa desa di Kutai Timur masih memegang teguh norma-norma adat. Pendekatan budaya ini membantu dalam mengatasi berbagai persoalan sosial serta melestarikan tradisi lokal. Padliansyah menekankan pentingnya kerukunan antar agama sebagai fondasi kuat yang menyatukan masyarakat Kutim.
“Festival Sekerat ini diharapkan menjadi agenda rutin tahunan yang semakin meriah dari tahun ke tahun. Kami sedang berjuang memasukkan festival ini di agenda tahunan kemenkraf,” ujar Padliansyah penuh harap.
Festival Sekerat bukan sekadar perayaan, melainkan cerminan keajaiban budaya yang tersembunyi di Kutai Timur.
“Sebagai tanah ajaib, masih banyak keajaiban tersembunyi yang belum dikenal luas. Kebudayaan adalah salah satunya,” tutup Padliansyah.(Red-SK/ADV)