SANGATTA,Suara Kutim.com (10/3-2017)
Meski Kutai Timur (Kutim) dinyatakan sebagai daerah berkembang yang kaya sumber daya alam (SDA), ternyata masih ada kasus gizi buruk yang melanda balita.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Timur, Bahrani Hasanal didampingi Kepala Bidang (Kabid) Bina Kesehatan Masyarakat (Binkesmas), Oeryantono, timbulnya kasus gizi buruk di Kutim, selain dikarenakan faktor bawaan dari lahir, juga disebabkan faktor kesalahan dalam pola asuh orang tua kepada anak. “Selain itu, rendahnya tingkat kesejahteraan ekonomi atau belum mapan menjadi faktor pendukung terjadinya gizi buruk,” ungkap Bahrani.
Kepada Suara Kutim.com, diakui, hampir semua kecamatan ditemukan kasus gizi buruk, namun didominasi daerah yang sedang berkembang perkebunan sawit. “Mereka umumnya warga pendatang yang bekerja sebagai buruh sawit, sering tidak terlalu memperhatikan pola asuh kepada anak,” timpal Oeryantono.
Disebutkan, anak-anak pekerja sawit, kerap dititipkan pada penitipan anak sehingga pola makan anak yang seharusnya memiliki asupan gizi cukup, sering terabaikan. Konidisi ini, bertambah parah akibat rendahnya kesadaran masyarakat terhadap fasilitas dan program-program peningkatan kesehatan anak seperti Posyandu. “Belum lagi ada penyakit bawaan yang sering diderita balita, seperti diare, TBC hingga Hydro Sepalus, menjadi penyakit utama yang kemudian membawa balita pada kondisi gizi buruk,” ujar Oeryantono.
Ketika disambangi wartawan termasuk Suara Kutim.com, keduanya menambahkan, penanganan kasus gizi buruk, dilakukan melalui Puskesmas yang berkewajiban melakukan pendampingan dengan memberikan makanan tambahan.
Jika tidak dapat tertangani Puskesmas, ujar Bahrani, pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang menangani kasus gizi buruk. Selain itu, Diskes Kutim, jelas Bahrani, aktif melakukan sosialisasi guna memberikan pemahaman kepada keluarga dalam menjaga pola asuh anak serta pemberian asupan makanan bergizi, juga terus dilakukan. “Tujuannya keluarga terutama orang tua sadar akan pentingnya mejaga kesehatan keluarga khususnya anak serta tidak mengesampingkan pola asuh anak yang benar,” imbuhnya.(SK3)