SANGATTA,Suara Kutim.com (1/2)
Masalah HIV/AIDS di Kutai Timur (Kutim) harus disikapi serius, karena berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) sejak tahun 2006, ada 137 orang termasuk Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) dengan stadium HIV sebanyak 137 orang dan AIDS sebanyak 59 orang.
Dinas Kesehatan, ujar dr Aisyah, mendapat laporan yang meninggal dunia sebanyak 38 orang dimana tertinggi pengidap HIV/AIDS berada di usia produktif yakni antara 21 tahun hingga 40 tahun.
Lebih Aisyah menyebutkan dilihat berdasakan jenis kelamin, perempuan mendominasi dengan persentase 66 persen atau 129 orang sebagai pengidap HIV/AIDS dibandingkan jenis kelamin laki-laki dengan 34 pesen atau sebanyak 67 orang. “ Kecamatan Sangatta Utara masih menduduki tempat tertinggi dalam sebaran ODHA dengan 62 orang, disusul Muara Wahau sebanyak 26 orang dan Sangatta Selatan 25 orang. Sedangkan jika dilihat dari status dan profesi, selain Wanita Penjaja Seks (WPS) yang menduduki peringkat pertama dengan 38,3 persen sebagai pengidap HIV/AIDS, Karyawan Swasta menempati peringkat kedua dengan 21 persen dan Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 18,4 persen beradaz di peringkat ketiga. Sedangkan pengidap HIV/AIDS yang berstatus menikah mencapai 75 persen dibanding yang belum menikah sebanyak 25 persen” terangnya.
Ditutupnya, lokalisasi Kampung Kajang (K2) diakui penyebaran HIV/AIDS dikhawatirkan semakin sporadis dan tak kasat mata. Hal ini karena para wanita penjaja seks (WPS) yang biasanya bermukim di lokalisasi dan masih bisa terdata, kini menyebar dan sulit terlacak keberadaanya. Dikhawatirkan tumbuhnya tempat-tempat prostitusi liar dan terselubung, yang menyebabkan penyebaran HIV/AIDS ini menjadi tidak terkendali.
Diakui, sebelumnya Dinas Kesehatan bersama KPA Kutim melakukan melakukan sistem jemput bola dengan datang langsung mendata dan melakukan vaksinasi kepada para WPS ini di lokalisasi, namun dengan telah ditutupnya lokalisasi maka hal tersebut otomatis tidak lagi dilakukan. Disebutkan, Dinas Kesehatan kini menyiapkan klinik VCT yang ditempatkan di beberapa Puskesmas sebagai tempat konsultasi, pemberian obat dan vaksin bagi mereka yang diketahui positif HIV/AIDS.
Terhadap ODHA, selama ini lebih aktif melakukan konseling sebaya kepada orang-orang yang dianggap beresiko tinggi tertular HIV/AIDS. Seperti para pengguna narkoba, penyuka tato dan sebagainya. Sementara upaya tes VCT kepada karyawan perusahaan dan PNS juga semakin gencar dilakukan mengingat tingginya resiko infeksi dan penularan HIV/AIDS di kalangan mereka, yang bisa ditularkan kepada istri di rumah.
Kepada Suara Kutim.com ia menandaskan dengan besarnya persentase pengidap HIV/AIDS pada ibu rumah tangga (IRT, disebutkan Dinas Kesehatan dan KPA lebih berkonsentrasi kepada upaya pencegahan penularan HIV/AIDS kepada bayi. “Jika pada orang dewasa, upaya pencegahan dilakukan dengan scerening darah sebelum dilakukan transfusi, maka jika diketahui ada ibu mengandung yang positif mengidap HIV/AIDS, maka perlu dilakukan perlakuan khusus dalam proses persalinannya. Dengan dilakukan operasi ceasar dan tidak memberikan ASI kepada si bayi atau hanya memberikan susu formula. Hal ini diharapkan sang bayi tidak tertular HIV/AIDS,” bebernya.(SK-03/SK-13)