SANGATTA,Suara Kutim.com (22/12)
Untuk memenuhi kebutuhan energy terutama listrik bagi masyarakat pedesaan, Pemkab Kutai Timur berupaya mencari berbagai cara. Penyediaan mesin diesel yang selama ini dilakukan, dinilai kurang efektif terlebih-lebih harga BBM dan suku cadang yang meningkat sementara daya beli masyarakat terbatas. Disisi lain, PLN sebagai satu-satunya penyedia listrik belum mampu menyediakan ketersediaan listrik dalam jumlah besar.
Dalam kurun waktu 10 tahun, belum semua kecamatan di Kutim teraliri listrik selama 24 jam kecuali Sangatta Utara, Selatan dan dalam setahun terkahir bari Teluk Pandan, Muara Bengkal dan Muara Ancalong. Kepala Bappeda Kutai Timur Suprihanto, ditemui Suara Kutim.com, Selasa (22/12) siang, menyebutkan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, Pemkab tengah berupaya mengembangkan program listrik biomassa dengan menggandeng Universitas Mulawarman Samarinda sebagai fasilitator. “Pengembangan listrik biomassa memanfaatkan limbah-limbah kayu mulai dari kulit kayu dan ranting yang kemudian diolah sedemikian rupa dan menjadi tenaga listik, tahun depan ada 2 desa menjadi pilot projek pengembangan listrik biomassa ini,” terangnya seraya menambahkan uji coba wajib dilakukan.
Selain pengembangan listrik biomassa, jelas Suprihanto sudah berjalan pemanfaatan limbah kelapa sawit yang diubah menjadi tenaga listrik. Unsur NH4 yang berupa gas buangan dari limbah kelapa sawit, ungkap mantan Kabag Pembangunan Setkab Kutim ini ditampung dan di ekstrak menjadi tenaga listrik. Disebutkan, pengembangan limbah kelapa sawit sebagai tenaga listik sudah dikembangkan PT Telen dan telah dibagikan ke beberapa desa di kecamatan Karangan dan Muara Bengkal.
Terpisah, Assisten Ekonomi dan Pembangunan Rupiansyah, menandaskan Pemkab Kutim terus berupaya agar kebutuhan listrik masyarakat terpenuhi melalui PLN, namun karena keterbatasan PLN upaya pemenuhan listrik ini tidak bisa dilakukan termasuk memenuhi kantor-kantor pemerintah sehingga untuk setiap tahun dialokasikan dana Rp60 miliar untuk BBM dan pemeliharan. “Dana itu termasuk untuk keperluan Rumah Sakit dan Stadion Kudungga dan fasilitas umum lainnya termasuk kebutuhan masyarakat Bukit Pelangi,” terang Rupiansyah.
Rupiansyah mengakui pengembangan listrik bomassa dan limbah kelapa sawit, merupakan salah satu cara pemkab mencari solusi dalam pemenuhan kebutuhan listrik khususnya bagi masyarakat yang ada di pedalaman . “Diakui saat ini yang menjadi pertanyaaan besar mampukan masyarakat merawat fasilitas umum seperti mesin pengolahan listrik biomassa karena ini tentu untuk kepentingan bersama khususnya masyarakat setempat. Karenanya, dukungan masyarakat diperlukan sekali agar mimpi masyarakat menikmati listrik dengan murah bisa terwujud dan langgeng tidak seperti saat menggunakan mesin diesel yang menggunakan solar,” beber mantan Kepala Bappeda Kutim ini.(SK-03/SK-13)