SETELAH bertandang ke Kelurahan Petobo Kecamatan Palu Selatan, rombongan PT KPC dan PMI Kutim, ditemani tim PMI Sulteng, berkesempatan mengunjungi Balaroa yang berada jantung kota Palu. Kawasan yang tak kalah indahnya dengan Petobo ini, nasibnya sama dengan Petobo yakni hancur porak-poranda.
Dikabarkan, ada ribuan rumah yang tersapu tanah yang tiba-tiba saja bergeser dari perbukitan ke kawasan rendah, termasuk puluhan rumah mewah dan tempat ibadah. “Dulunya Masjid itu dekat sini, kini berada jauh disana,” kata soerang kakek bernama Fadli (72).
Rombongan PT KPC dan PMI Kutim yang dipimpin Felly Lung dengan anggota tim Febri, Silvester Pantur (External KPC), Said Sudirman (Korppra), Tamrin (SBSI), Hardiansyah (PPMI), Ewil dari PMI Kutim, tampak terpana melihat kondisi Balaroa yang dikabarkan kawasan perumahan elit di Palu.
Dari bukit yang masih utuh, rombongan yang sebelumnya melintasi jalan bebatuan dan banyak anak-anak meminta sumbangan, menyaksikan langsung keadaan Balaroa. Tidak rombongan KPC dan PMI Kutim saja yang terpana melihat kawasan elit ini, tiba-tiba rusak parah, namun puluhan warga lainnya termasuk sejumlah relawan dari berabgai daerah yang baru datang, mengaku kaget dengan kondisi Balaroa pasca dihantam gempa bumi berkekuatan 7,4 skala richter, Jumat (28/9) lalu.
Kepala BPBD Palu, Fresly Tampubolon mengakui Balora dan Petobo, merupakan daerah padat penduduk dan banyak rumah warga. Namun, akibat gempa bumi yang terjadi menjelang magrib itu, Balaroa dan Petobo, seperti kawasan gersang dan mencekam. “Bisa dibayangkan, di dua tempat itu banyak sekali rumah terlebih semenjak menjadi kawasan perumahan. Kini kondisinya, terbalik semua menjadi rata dan hancur. Dari kondisi yang ada, bisa dibayangkan bagaimana nasib warganya,” ungkap Ferly ketika dihubungi Suara Kutim.com via telepon.
Antara Petobo dengan Balaroa kondisinya tak jauh berbeda, namun di kawasan Balaroa banyak ditemukan batu dengan berbagai ukuran. Menurut warga Balaroa yang selamat, batu-batu yang tiba-tiba keluar dari perut bumi, ikut bergelinding bersama tanah yang bergeser cepat. “Tanah itu seperti karpet yang ditarik, coba bayangkan bagaimana selembar karpet tiba-tiba ditarik dengan keras apa yang terjadi dengan barang diatasnya semua pasti terbolak-balik tak karuan,” ungkap Fadil seraya menceritakan kondisi tanah kelahirannya dihancurkan alam.(Syafranuddin)