SAMARINDA (8/10-2020)
Sertu Wisandy Yuliastriono Suwardi seorang Babinsa Pulau Derawan Koramil Kodim 0902 Tanjung Redeb Korem 091 ASN melakukan patroli. Bukan karena menjaga keamanan atau kedaulatan negara, namun ada tugas yang juga tak kalah penting yang harus dilakukannya yakni mengecek penyu-penyu yang bertelur.
Menurutnya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan di Pulau Derwan, karena tingkat kejahatan rendah. Apalagi kekhawatiran soal kedaulatan NKR I karena pulau seluas 44 hektar ini termasuk kecil. Namun Pulau Derawan, ujar Sertu Wisandy, Pulau Derawan adalah tempat bertelurnya penyu yang juga rumah bagi ribuan tukik untuk kemudian kembali ke laut.
Untuk menjaga agar tidak terjadi perburuan telur penyu, setiap malam Wisandy berkeliling pulau memastikan Pulau Derawan bebas dari aksi pencurian telur penyu. “Ini sudah kewajiban. Penyu satwa yang dilindungi. Saya juga mencintai penyu tersebut. Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang akan menjaga penyu tersebut,” ujar Babinsa Pulau Terluar.
Sertu Wisandy mengaku kecintaannya terhadap alam dan lingkungan karena sejak kecul dikenalkan orang tuanya tentang alam yang harus dijaga dan dirawat. Warga Derawan, kerap menyapa Sertu Wisandy dengan Pak Babin.
Wisandy mengaku tidak segan-segan menangkap jika mengetahui ada yang berusaha mencuri telur penyu tersebut. Ia beranggapan, ini merupakan tugas menjaga dan melestarikan salah satu makhluk Tuhan. “Kalau telur penyu terus menerus dicuri, bakal punah. Anak cucu kita nanti tidak tahu apa itu penyu,” ungkapnya.
Wisandy menjadi seorang Babinsa di Pulau Derawan sejak 2014 lalu. Selama 6 tahun, ia bersama dengan warga menjaga telur penyu tersebut. Dia kerap berkonsultasi dengan salah seorang warga bernama Ading yang membudidayakan penyu. “Bersama Ading, saya setiap malam berkeliling pulau mencari telur penyu yang kemudian dibudidayakan hingga menjadi tukik,” katanya.
Tangan kekar dan berotot khas tentara miliknya kini terampil menjaga dan merawat telur penyu hingga menjadi tukik. “Telur penyu itu kan memiliki masa inkubasi selama dua bulan. Setelah menjadi tukik, baru kita lepas liarkan. Itu suatu kebanggaan tersendiri buat saya,” kata pria kelahiran Seram Bagian Timur Ambon ini.
Wisandy beranggapan, penyu harus dilestarikan. Jika punah, Pulau Derawan akan kehilangan salah satu objek yang biasanya dinikmati wisatawan. “Saya malu jika ditanya wisatawan. Kini wisatawan nyaris setiap hari bisa melihat penyu berenang,” ujarnya.
Sebagai seorang anggota TNI tentu merasa memiliki tanggung jawab terhadap kelestarian alam. Baik itu tumbuhan, maupun hewan. Sebelumnya, penyu kerap diburu, baik untuk karapas hingga telurnya. Ia mengaku sedih jika ada warga yang menjual karapas penyu yang dijadikan cendera mata.
“Saya kerap menegur warga jika ada yang jual cendera mata dari karapas penyu. Tetapi kini sudah tidak ada lagi yang jualan,” cerita Wisandy seraya memperhatikan seekor penyu bertelur.
Usai bertelur, penyu itu perlahan menjauh dari sarang yang sudah ditutupnya dengan rapi. Jika tidak dijaga dan dibudidaya, telur-telur itu bisa dijarah. “Tugas penyu itu sudah selesai, tinggal tugas saya dan masyarakat di sini memastikan telur penyu yang ditinggalkan menjadi tukik kemudian dilepas ke laut,” pungkasnya seraya tertawa lepas.(SK8)