SANGATTA,Suara Kutim.com (7/9)
Setelah menutup pintu masuknya sapi-sapi asal Sulawesi Selatan akibat mewabahnya penyakit antraks, Pemkab Kutai Timur (Kutim) melalui Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kutim, kembali memberikan ijin.
Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutai Timur Marjoni di dampingi Kepala Bidang Peternakan Diah Ratna Ningrum, menyebutkan dibukanya kran lalu lintas sapi dari Sulawesi Selatan setelah ada informasi jika sapi-sapi dari Sulawesi Selatan dinyatakan bebas dari antraks.
“Selain itu juga ada kesepakatan dari Dinas Peternakan Propinsi Kaltim dengan Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan untuk kembali menjalin kerjasama pengadaan sapi lokal,” terang Marjoni.
Diah Ratna Ningrum menyebutkan salah satu pertimbangan pemkab melakukan kerjasama pengadaan sapi lokal asal Sulawesi Selatan karena secara uji klinis diketahui spora penyebab antraks tidak mampu tumbuh dan berkembang biak di Kalimantan. “Tanah Kalimantan yang bersifat asam, mampu mematikan spora antraks. Namun pemerintah Kutim tetap akan melakukan pencegahan atau antisipasi terhadap kemungkinan adanya penyakit antraks pada sapi-sapi yang masuk ke Kutim,” beber Diah.
Wanita yang akrab disapa Diah ini menyebutkan biaya pencegahan lebih murah dari pada harus mengeluarkan biaya besar untuk pemberantasan penyakit. Kepada Suara Kutim.com, wanita berparas ayu ini menyebutkan
antraks adalah penyakit bakteri akut yang menyerang kulit. “Jarang sekali menyerang saluran pemafasan atau saluran percernaan namun kasus seperti itu tetap ada,” terangnya.
Disebutkan, serangan antraks pada kulit yang paling banyak dimana pada kulit terpapar dan seringkali disertai dengan gatal yang ekstrim. Diungkapkkan, antraks tidak menimbulkan rasa sakit selain rasa al ekstrim. “Setelah odema terbentuk, wilayah kulit sekitamya jadi sakit. Jika odema teras dibiarkan tidak diobati, sel-sel darah putih di sekitamya akan mengumpul dan mati, membuat jaringan kulit dan saluran getah bening di wilayah sebut rusak. Akibatnya, darah akan menjadi keracunan dan mpengaruhi seluruh tubuh lebih daripada kulit semata,” beber Diah seraya menambahkan beberapa tahun lalu banyak sapi di Sulsel terkena antraks.(SK3/SK12)