SANGATTA (4/8-2018)
Untuk bisa melaksanakan ibadah di Masjidil Haram memerlukan strategi, jika tidak kesulitan bisa masuk terlebih jika baru dating sekitar 30 menit sebelum shalat dimulai. “Satu jam saja bisa-bisa melaksanakan shalat di pelantaran luar atau di lantai atas, karenanya harus pandai-pandai mengantur waktu serta menjaga isi perut agar tidak buang angin,” tulis Syafranuddin – Pimpred Suara Kutim.com.
Disebutkan, jika sempat buang angin dan ingin berwudhu, termasuk buang air juga harus sabar karena antriannya panjang. Diakui sekitar Masjidil Haram banyak terdapat wudhu dan BAB namun karena jumlah yang menggunakan banyak mau tidak mau harus sabar. “Mau wudhu harus keluar masjid dulu, tempat wudhunya berjarak 400 meter sedangkan tempat BAB berada di bawah pelantaran, nah kembalinya syukur-syukur dapat bisa masuk lagi karena bisa saja pintunya ditutup,” beber Syafranuddin.
Ia menggambarkan, jamaah haji rata-rata datang ke Masjidil Haram 2 jam sebelum shalat sehingga bus shawalat yang membawa jamaah lebih padat, terutama dari Terminal Jamarat ke Terminal Masjidil Haram. Meski cuacanya ekstrim, kata Syafranuddin, tak mengurangi semangat jamaah untuk melaksanakan shalat fardu dan kegiatan lainnya.
Eko – salah seorang petugas bus shalawat menerangkan pada pukul 10.00 pagi atau malam, terjadi transisi sopir sehingga pelayanan terhenti beberapa menit. “Bus shalawat yang dioperasikan terus ditambah berdasarkan jumlah jamaah yang datang,” terang pria asal Jawa Barat inii kepada Suara Kutim.com (SK11)