Suarakutim.com, Kutai Timur – Pimpinan Yayasan Konservasi Khatulistiwa Indonesia (Yasiwa), Forum DAS Kutim, dan Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Sekretariat Kabupaten Kutai Timur telah berkerjasama untuk mengadakan kegiatan fasilitasi dan sosialisasi budidaya jamur putih kepada masyarakat sekitar Kawasan Ekosistem Penting Lahan Basah Masangat Suwi (KEP LBMS) pada tanggal 13-14 September 2023.
Pimpinan Yayasan Konservasi Khatulistiwa Indonesia, Monika Kusneti menyatakan bahwa Perlindungan ekosistem penting seperti KEP LBMS tak hanya melibatkan konservasi alam, tetapi juga pemberdayaan dan peningkatan perekonomian masyarakat sekitar. Wilayah KEP LBMS mencakup tiga kecamatan, yaitu Muara Ancalong, Long Masangat, dan Muara Bengkal.” ujar Perempuan yang akrab disapa Bu Kiki tersebut.
“Lestari ekosistem berarti lestari sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Ini akan menjadi prinsip dalam pengelolaan KEP LBMS di wilayah Kutai Timur.” ujarnya
Lebih lanjut, Muli Edwin, Sekretaris Forum DAS Kutim, menggarisbawahi pentingnya peran multi pihak dalam mendukung keberhasilan perlindungan ekosistem dan peningkatan kapasitas masyarakat sekitar KEP LBMS.
“Upaya bersama dalam melindungi ekosistem penting ini telah membawa manfaat nyata bagi masyarakat sekitar, sembari mendukung upaya pelestarian lingkungan yang tak ternilai.” terangnya
Kegiatan pelatihan budidaya jamur tiram putih ini merupakan bukti nyata kepedulian Pemkab Kutim. Kabag SDA Setkab Kutim, Arief Nur Wahyuni, menjelaskan bahwa pelatihan ini adalah hasil kerja sama antara Bagian SDA Setkab Kutim, Forum Koordinasi Pengelolaan DAS Kutim, Konsorsium Yasiwa-Yayasan Ulin, dan SMKN 01 Muara Bengkal.
“Peserta pelatihan melibatkan guru dari SMAN dan SMKN serta perwakilan anggota PKK dari tiga kecamatan, dengan jumlah peserta sekitar 60 orang. Ahli dari STIPER Kutim, Dr. Aliri, S. Hut., MP, menjadi pembimbing dalam pelatihan budidaya jamur.” ungkapnya.
Di kesempatan tersebut, Kepala Sekolah SMKN 01 Muara Bengkal menyatakan dukungannya terhadap kegiatan ini, dan para guru berharap agar kegiatan semacam ini dapat berkelanjutan di masa depan.
“Antusiasme peserta sangat terlihat, mereka tidak hanya mendengarkan teori tetapi juga melakukan praktik mulai dari pembuatan hingga inokulasi bibit jamur tiram putih ke dalam baglog. Pada akhir kegiatan, setiap peserta dengan senang hati membawa pulang baglog hasil karya mereka sendiri,” tutupnya.