Beranda politik DPRD Kutim Faizal Rachman Soroti Realisasi MYC di Kutim

Faizal Rachman Soroti Realisasi MYC di Kutim

0
Anggota Komisi B DPRD Kutim, Faizal Rachman saat diwawancarai wartawan

Loading

SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) tengah mengejar ketertinggalan dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur, terutama melalui pengerjaan proyek tahun jamak atau Multi Years Contract (MYC) pada tahun 2023. Hal ini mendapat sorotan tajam dari anggota DPRD Kutai Timur, Faizal Rachman.

Faizal yang juga anggota Komisi B DPRD Kutim ini mengungkapkan mengenai Anggaran APBD Kutim yang mengalami lonjakan fantastis. Pada tahun 2023, APBD Kutim ditetapkan sebesar Rp 9,7 triliun, sementara pada tahun 2024 di APBD murni ditetapkan sebesar Rp 9,1 triliun.

Dirinya menyebutkan, bahwa proyek yang diajukan mencapai sekitar 22 item. Dalam kunjungan kerjanya ke Kota Batam bersama Panitia Khusus (Pansus) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) DPRD Kutim, Faizal mendiskusikan proyek MYC ini dengan DPRD Kota Batam.

Diakui jika DPRD Kota Batam terkejut mendengar ambisi besar Kutim yang melaksanakan 22 proyek MYC dengan nilai fantastis mencapai Rp 1,3 triliun. Mereka membandingkan dengan rencana MYC di Batam yang hanya satu proyek senilai Rp 200 miliar selama tiga tahun, yang bahkan belum terselesaikan.

“Pak Faizal, kami merencanakan 1 MYC Rp 200 miliar itu 3 tahun pak dan itu pun belum terselesaikan. Kok Kutim ini berani banget ya. 22 MYC dilaksanakan dalam satu kesempatan dan nilainya juga sangat fantastis Rp 1,3 triliun,” ujar Faizal mengutip reaksi mereka.

Faizal juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait kualitas proyek MYC yang belum sampai ke DPRD Kutim. Bersama dengan David Rante, Hepnie, dan Anjas (Anggota DPRD Kutim), Faizal melakukan kunjungan ke Kaliorang untuk melihat langsung pengerjaan proyek MYC. Apa yang mereka temukan di lapangan sangat jauh dari ekspektasi.

“Waktu kita jalan, kami melewati drainase yang dibangun pake APBD, kita-kira itu proyek Penunjukan Langsung (PL), karena kerjaannya bengkok-bengkok dan tidak semulus yang kita kira,” ungkap Faizal.

Dengan rasa penasarannya, ujar Faizal dirinya berhenti untuk memastikan jenis pengerjaan tersebut. “Begitu kita turun kita tanyakan, itu drainase program apa itu. Program MYC, kok kerjanya kayak PL sih, sudah bengkok mengerikan sekali,” terangnya.

Ia juga menyebutkan bahwa semenisasi yang dilakukan tidak sesuai standar, sehingga pekerjaan yang dilakukan kontraktor lokal Kutim bisa saja menghasilkan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik.(Red-SK/ADV)