Ketua DPRD Mahyunadi sedang berdialog dengan masyarakat (Fotos Ist) |
SANGATTA,Suara Kutim.com
Anggota DPRD Kutai Timur (Kutim) tampaknya tidak mau dicap sebagai wakil rakyat “tak bekerja” dan memakan gaji buta seperti dialamatkan kepada anggota DPR-RI serta DPRD Kaltim. Sebagai wujud kerja nyata, kalangan wakil rakyat satu persatu melaksanakan tugasnya sesuai hasil Banmus.
Setelah merampungkan beberapa agenda penting di DPRD, kini anggota dewan mulai menjaring aspirasi ke kecamatan-kecamatan. “Berdialog dengan masyarakat merupakan kewajiban kami sebagai anggota dewan, paling tidak secara langsung anggota dewan mengetahuinapa yang diharapkan masyarakat,” kata Ketua Mahyuandi, Ketua DPRD Kutim ketika menggelar pertemuan dengan masyarakat Muara Wahau, Kongbeng dan Telen, Jumat (14/11).
Dialog yang diikuti sejumlah anggota dewan hasil Pemilu 2014 itu, berlangsung menarik pasalnya sejumlah masalah dan harapan dilontarkan masyarakat diantaranya masalah BBM.
Sebelumnya, Camat Muara Wahau Suriansyah sebagai tuan rumah menyebutkan daerah terus berkembang semenjak perkebunan kelapa sawit tumbuh pesat. Bahkan ia mengklaim, uang yang beredar di Muara Wahau dan sekitarnya tidak jauh berbeda dengan Sangatta sebagai ibukota kabupaten dan pusat ekonomi terbesar di Kutim.
Agiel Suwarno, mengakui kawasan Muara Wahau, Kongbeng dan Telen berkembang pesat terutama ekonomi masyarakat semenjak perkebunan sawit sukses. Namun, politikus PDI Perjuangan ini menaruh harapan masyarakat mewaspadai gangguan Kamtibmas yang bisa berkembang disaat masyarakat lengah. “Maraknya peredaran Narkoba salah satu kasus yang harus diwaspadai karena bisa merusak anak bangsa, karenanya masyarakat jangan berpangku tangan tetapi harus membantu aparat kepolisian untuk membasmi Narkoba,” imbuh Agiel Suwarno.
Terhadap harapan masyarakat agar dilakukan peningkatan penyediaan infrastruktur kesehatan, semua anggota dewan sepakat akan memperjuangkan. “Tidak salah jika di kecamatan yang berkembang pesat ini ada pusat kesehatan yang setara RSU, karena pertumbuhan penduduk yang pesat selain itu selama ini masyarakat kerap dirujuk ke RSU Samarinda karena Puskesmas terbatas sehingga memerlukan biaya dan waktu lama,” kata Agiel Suwarno.(SK-05)