SANGATTA,Suara Kutim.com (7/1)
Warga Kutai Timur (Kutim) diingatkan akan ancaman demam berdarah, pasalnya masuknya musim hujan sejak bulan November 2015 lalu ada peningkatan kasus demam berdarah. Hasil monitoring Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutim, di bulan November 2015 terjadi 22 kasus DBD dengan korban meninggal dunia 1 orang. Sebulan kemudian, naik menjadi 64 dengan korban 1 orang meninggal dunia. “Pada tahun 2015 total terjadi 523 kasus DBD dan 6 orang meninggal dunia. Angka ini terjadi peningkatan dua kali lipat dari tahun 2014 lalu yang berjumlah 235 kasus DBD dan 2 orang meninggal dunia. Daerah yang masih menjadi zona rawan DBD masih seputar Kecamatan Sangatta Utara, Sangatta Selatan, Bengalon, Wahau dan Teluk Pandan,” terang Kepala Dinas Kesehatan Aisyah.
Didampingi Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Mulyono, diungkapkan kasus demam berdarah yang terjadi bukan karena migrasi nyamuk Aedes Aegypti namun akibat migrasi penderita salah satunya penderita dari Bengalon dirawat di Sangatta, kemudian terjadi penularan. Selain itu perilaku hidup masyarakat yang masih kurang peduli dengan kebersihan lingkungan.
Diakui Aisayh, faktor eskternal seperti tidak aktifnya kader jumantik (Pemantau jentik,red) ditambah dana penanggulangan DBD yang hanya Rp 500 juta, menjadi salah satu penyebab peningkatan kasus DBD di masyarakat. Aistah berharap, masyarakat Kutai Timur aktif menerapkan prilaku 3M Plus (Menguras, Mengubur, Menutup dan tidak menaruh baju bergantung di sembarang tempat). “Masyarakat hendaknya memperhatikan tempat-tempat kososng seperti kaleng atau botol bekas yang dibuang sembarang tempat dan akhirnya menjadi tempat penampungan air sehingga memudahkan nyamuk demam berdarah berkembangbiaknya, warga juga diminta menaburkan bubuk abate yang bisa didapatkan secara gratis di Puskesmas terdekat,” pesan Aisyah seraya menambahkan foging bukan solusi terbaik memberantas nyamuk.(SK-03/SK-11)