SANGATTA,Suara Kutim.com (7/11)
Masalah tugas pokok dan kewenangan Badan Ketahanan Pangan dengan Dinas Pertanian menjadi perhatian Bupati Kutai Timur Ismunandar. Saat memimpin coffee morning, Senin (7/11) ada kemiripan tugas yang diemban kedua SKPD. “Saya bingung antara Ketahanan Pangan dan Pertanian,” kata Ismu.
Mendapat pertanyaan, Kepala Badan Ketahanan Pangan, Hormansyah menyebutkan Badan Ketahanan Pangan, bertugas menganalisa kebutuhan pangan sedangkan Dinas Pertanian yang tanam sumber pangannya seperti jagung, beras, daging, sayur, ubi .
Menurut Hormansyah, hasil analisa yang dilakukan, Kutim masih kekurangan beras sekitar 20 ribu ton dari kebutuhan tahunan sekitar 41 ribu ton. “Jika dikonversi dalam hitungan sawah maka Kutim harus membuka sawah baru sekitar 7000 hektare agar bisa mandiri pangan khusunysa beras.Dari analisa kami, Kutim tiap tahun membutuhkan 41 ribu ton beras, sementara yang diproduksi sekitar 21 ribu ton. Jadi kita masih butuh tambahan sekitar 20 ribu ton beras,”jelas Hormansyah dalam pertemuan berkala yang diikuti semua SKPD termasuk camat.
Hormansyah mengungkapkan, kebutuhan Kutim akan beras, lebih tinggi dari kebutuhan rata-rata perkapita penduduk. Secara nasional, kata Hormasnyaj, setiap pendukuk mengkonsumsi 116 liter beras pertahun sedangkan Kutim rata-rata 116 liter.
Tingginya konsumsi beras di , diuraikannya, karena masyarakat kutim belum banyak variasi konsumsi pangan. “Idealnya Kutim yang sebagian besar menjadikan beras sebagai sumber utama makan, memerlukan 7.000 Ha sawah namun kenyataannya banyak sawah yang beralih fungsi jadi kebun sawit seperti di Desa Selangkau,” ujar Hormansyah.
Hormansyah juga berharap pemerintah melakukan antisipasi cuaca panas lima tahunan yang disebut el nino yang terjadi terakhir terjadi pada tahun 2015. Ia minta, pemerintah membuat danau buatan untuk penampungan air sehingga bisa mengairi sawah saat kemarau terutama di sentra pertanian. “Tujuannya agar Kutim tidak mengalami krisi beras lagi, sebab dengan cara ini maka meskipun terjadi kemarau, petani tetap bisa menanam secara normal,” saran mantan PPL Pertanian ini.(SK2)