SANGATTA,Suara Kutim.com
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kutim yang kembali mendapat amanah untuk mengelola bidang kebudayan, berusaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan seni budaya dan adat istiadat.
Kepala Dikbud Iman Hidayat menyebutkan Kutim merupakan salah satu daerah yang memiliki karakteristik kebudayaan yang beragam dan terus menerus dilestarikan masyarakat baik Kutai maupun Dayak, termasuk Bugis ditambah kebudayaan dari luar Kutim yang dibawa warga pendatang seperti Jawa, Lombok, NTT, Padang serta Bali. “Kesemua seni budaya dan adat istiadat yang ada di Kutim dapat diangkat sebagai kearifan lokal, karena merupakan warisan budaya nusantara. Ini belum bicara soal potensi situs-situs cagar budaya seperti Gua Karts,” ungkap Iman Hidayat.
Menurutnya, penguatan potensi budaya lokal Kutim saat ini harus dilakukan untuk menanamkan kecintaan anak bangsa kepada warisan nenek moyangnya yang justru diakui dunia. “Saya pribadi tidak sependapat dengan beberapa pihak yang hanya berupaya mengenalkan kebudayaan lokal dengan melakukan pertunjukan di luar negeri tanpa menghitung input dan output yang didapatkan pemerintah daerah, sementara masyarakat sendiri ada yang tidak mengenal adat istiadat dan kebudayaannya seperti bagaimana, apa tujuan serta arti Hudoq atau arti sebuah tari Jepen,” sebutnya ketika ditemui wartawan belum lama ini.
Iman menambahkan, kebudayaan yang ada di Kutim seharusnya semakin memperat persaudaraan antarsuku selain itu terajut kebersamaan yang dalam sehingga saling menghargai. Disisi lain, ada input input ke Pemkab dan masyarakat melalui transaksi dan pemasaran produk kerajinan masyarakat seperti batik, manik, anyam rotan dan produk kerajinan lainnya.
Sebagai instansi yang diberi kepercayaan mengelola kebudayaan, Iman menegaskan Disdik Kutim sudah menerbitkan buku muatan lokal (Mulok ) yang digunakan pada Kurikulum 2013 dan akan diedarkan pada tahun 2015. “Buku itu menjadi acuan dasar buku muatan lokal yang akan digunakan di sekolah di seluruh Kalimantan Timur. Dirinya berharap dengan terobosan ini, menjadi upaya penguatan dan menjaga agar budaya asli Kalimantan dan Kutai Timur pada khususnya tidak hilang dikikis zaman seiring dengan masuknya budaya asing yang mempengaruhi generasi muda saat ini,” harap Iman.(SK-03)