Beranda ekonomi Dinkes Kutim Gelar Advokasi Surveilans Tenaga Kesehatan seKutim – Koordinasi Peran Nakes...

Dinkes Kutim Gelar Advokasi Surveilans Tenaga Kesehatan seKutim – Koordinasi Peran Nakes dalam Upaya Pencegahan PD3I

0
Foto bersama Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, Kepala Dinkes Kutim Bahrani Hasanal bersama narasumber dan peserta kegiatan Advokasi Surveilans PD3I di RS, Klinik dan Organisasi Profesi seKutim, Kamis (1/8/2024), di ruang Meranti Kantor Bupati Kutim.

Loading

SUARAKUTIM.COM, SANGATTA – Rendahnya cakupan imunisasi pasca terjadinya pandemi COVID-19 di seluruh Indonesia, menyebabkan munculnya kembali sejumlah penyakit yang sudah mulai hilang, seperti polio, difteri dan jenis penyakit lainnya, yang sebelumnya mampu diatasi melalui kegiatan imunisasi.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Timur, Bahrani Hasanal saat memberikan sambutan dalam kegiatan Advokasi Surveilans PD3I di RS, Klinik dan Organisasi Profesi seKutim, Kamis (1/8/2024), di ruang Meranti Kantor Bupati Kutim.

Menyikapi kondisi secar global tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menggelar kegiatan Advokasi Surveilans PD3I di Rumah Sakit (RS), Klinik, dan Organisasi Profesi se-Kabupaten Kutai Timur, bertempat di rumah Meranti, Kantor Bupati Kutim, Kamis (1/8/2024).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kutai Timur, Bahrani Hasanal menyebutkan pasca COVID-19, ternyata persentase imunisasi seluruh Indonesia mengalami penurunan. Hal tersebut menyebabkan maraknya kembali sejumlah penyakit yang sebelumnya bisa teratasi hanya dengan imunisasi.

Suasana kegiatan Advokasi Surveilans PD3I di RS, Klinik dan Organisasi Profesi seKutim, Kamis (1/8/2024), di ruang Meranti Kantor Bupati Kutim.

“Di beberapa daerah di Indonesia, saat ini sudah ditetapkan status KLB (Kejadian Luar Biasa) polio. Padahal penyakit polio sudah lama redam seiring dengan masifnya pelaksanaan imunisasi sebelum pandemi COVID-19. Untuk mengantisipasi hal ini juga terjadi di Kutai Timur, maka kami menginisiasi untuk melaksanakan advokasi surveilans PD3I ini kepada setiap tenaga medis, baik di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik yang ada di Kutim,” ujar Bahrani dalam sambutannya.

Lanjut Bahrani, melalui kegiatan advokasi PD3I kali ini, para tenaga medis yang berada bertugas di Rumah Sakit, puskesmas, klinik serta organisasi profesi, bisa mengambil peran dalam upaya pencegahan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman saat memberikan sambutan dalam kegiatan Advokasi Surveilans PD3I di RS, Klinik dan Organisasi Profesi seKutim, Kamis (1/8/2024), di ruang Meranti Kantor Bupati Kutim.

“Mungkin karena kesibukan rekan-rekan tenaga medis ini melayani dan mengobati pasien, sehingga tidak terpikir untuk membantu melakukan pencegahan jika ada temuan kasus penyakit yang masuk dalam golongan PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi, red). Kami berharap rekan-rekan medis bisa melaporkan, cukup melaporkan saja ke bagian surveilans Dinas Kesehatan, dan selanjutnya kami yang akan menindaklanjuti di lapangan, itu yang menjadi harapan kami,” jelas Bahrani.

Sementara itu, Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menyambut baik kegiatan advokasi surveilans yang dilaksanakan Dinkes Kutim. Dirinya mengaku terkejut dengan kembali merebaknya sejumlah penyakit yang sebelumnya sudah dapat diatasi dengan pelaksanaan imunisasi.

“Cukup kaget dengan adanya KLB polio di beberapa provinsi di Indonesia, padahal kita mengetahui bahwa penyakit polio sudah lama bisa ditekan dan diantisipasi dengan melaksanakan imunisasi,” ucap Bupati Ardiansyah.

Suasana kegiatan Advokasi Surveilans PD3I di RS, Klinik dan Organisasi Profesi seKutim, Kamis (1/8/2024), di ruang Meranti Kantor Bupati Kutim.

Lanjut orang nomor satu di Kutai Timur tersebut, dengan melihat kondisi saat ini dan mengingat penting upaya pencegahan, maka memang perlu adanya keterlibatan dari semua pihak, mulai RS, puskesmas, klinik dan termasuk organisasi profesi yang berkaitan dengan bidang kesehatan untuk bersama-sama kembali menggalakkan upaya pencegahan penyakit terutama melalui imunisasi. Terutama memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa aman melakukan imunisasi demi pencegahan penularan penyakit.

“Sudah seharusnya kita tidak lagi merasa bahwa imunisasi itu menjadi hal yang ditolak, dengan berbagai asumsi, penilaian dan sebagainya di masyarakat. Sebab hal ini sudah terbukti, bahwa di antara penyakit-penyakit tersebut bisa dicegah sejak awal dengan melakukan imunisasi. Hal ini yang harus kita beri pemahaman kepada masyarakat bahwa perlu dilakukan imunisasi kepada anak-anak kita, seusai waktu dan kebutuhannya, sehingga ada pola pencegahan penyakit sejak dini,” pungkas Ardiansyah.(Red-SK)