SANGATTA,Suara Kutim.com (11/9)
Arafah membuat ummat Islam yang melaksanakan haji tersentak bahkan tak bisa berbuat apa-apa seperti membanggakan kekayaan, jabatan atau statusnya yang disandang selama ini. “Semua tercermin saat berihram dan berada di Arafah, apa yang akan dibawa seorang muslim kelak ketika wafat tiada lain hanya dua helai kain yang tak berjahit,” ujar Ilham ketika ditanya Suara Kutim.com perasaannya setiba di Arafah.
Ilham yang sehari-harinya bertugas di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dkibud) Kutim mengaku perasaanya selama di Arafah benar-benar luar biasa. Ia mengakui sebagai ketua rombongan, sudah mengunjungi Arafah bersama petugas lainnya untuk mengetahui lokasi pemondokan. “Berbeda rasa dan emosi jiwa ini ketika berada di Arafah saat menggenakan ihram, terutama ketika melihat keadaan Arafah yang seperti memutih dan dimana ummat Islam dengan kesibukannya sendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,” akunya.
Perjalanan dari Makkah ke Arafah yang berjarak 25 Kilomter dan ditempuh 2 Jam, diungkapkannya menjadi sirna ketika melihat lautan manusia yang umumnya menggunakan ihram dan selalu dalam berusaha untuk beribadah. “Cuaca panas dan teriknya matahari seperti menggambarkan ketika kiamat nanti dimana manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar dan akan diadili, jutaan manusia berkumpul di Arafah namun tidak ada keributan apapun semua tertunduk malu dihadapan Allaj SWT,” ungkap Ilham seraya menandaskan tidak ada pejabat dan rakyat jelata semua sama merasakan panasnya udara Arafah.
Bagi saya pribadi, ujar Ilham, berada di Arafah merupakan momentum paling mengesankan dimana semua sama derajatnya. “Ihram benar-benar membuat saya terkesan, semua wajib memakai ihram tanpa harus menggunakan wewangian dan tidak ada ihram bermerk semua sama, artinya derajat manusia sama di Arafah ini,” bebernya seraya menyebutkan selama di tenda yang tersedia hanya ambal dan beberapa kipas angina yang wajib dirasakan semua jammah.(SK13)