SANGATTA,Suara Kutim.com (17/10)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kutai Timur (Kutim) yang selama ini terus naik, kini berada di kelas menengah untuk ukuran Kaltim. Kemajuan ini tidak lepas dari percepatan pembangunan yang dilaksanakan sejak berdirinya Kutim. “Pembangunan yang terus dilaksanakan selama ini, IPM Kutim sudah ada di kelas menengah di antara kabupaten kota di Kaltim,” kata Bupati Kutim Ismunandar.
Terkait APBD yang mengalami penurunan di tahun 2016, ditegaskannya tidak berpengaruh karena parameter IPM antara lain kemampuan akses terhapat pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan. “APBD tidak berdampak pada pelayanan pendidikan dan kesehatan, Pemkab Kutim tidak memotong insentif bagi pegawai kesehatan, dan pendidik.,” sebut Ismu.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kutim Suprihanto menerangkan turunnya APBD bisa menyebabkan IPM tertahan karena parameter IPM adalah terutama daya beli masyarakat turun. “Kalau parameter seperti akses pendidikan dan layanan kesehatan, tidak terpengaruh. Tapi parameter daya beli masyarakat ini yang akan terpengaru,” ungkap Suprihanto.
Kepada wartawan, disebutkan tidak bisa dipungkiri APBD itu adalah pendorong utama ekonomi masyarakat yang bisa menaikkan daya beli masyarakat. Menurut pria yang akrab disapa Supri ini, banyak banyak proyek yang bisa dibangun akan menyerap tenaga kerja. “Kalau APBD kecil, maka dampak ekonominya juga kecil,” sebut Supri.
Turunnya besaran APBD Kutim, Supri yakin IPM bisa tertahan namun ia mengakui banyak perusahaan masih mendukung daya beli masyarakat tidak terlalu tertekan. “Ke depan, Pemkab fokus membangun infrastruktur, yang berdampak ekonomi luas terutama Pelabuhan Laut di Maloy dan Kenyamukan termasuk bandara udara. Kalau ketiganya ini bisa jalan, maka selain memberikan PAD, juga akan memberikan dampak lapangan kerja yang besar,” beber Suprihanto.(SK2/SK3)