PENIKMAT-PENIKMAT PSKdi Sangatta ternyata beragam, tidak saja warnga negara asing yang sedang berlabuh tetapi warga Sangatta lainnya. Data yang didapat Suara Kutim.com, penginapan atau hotel kelas melati dengan penghuni tetap PSK sudah lama ada. Bahkan sebuah sumber menyebutkan, jauh sebelum Sangatta menjadi Ibukota Kabupaten Kutai Timur.
Seorang warga Sangatta yang mengaku tinggal Sangatta ketika KPC baru melakukan aktifitas penambangan, kehidupan Sangatta yang masih berstatus desa luar biasa semarak. Sebelum kehadiran KPC, kesemarakan Sangatta tiada lain pengaruh perusahaan perkayuan serta minyak oleh Pertamina.
Tidak heran, meski masih desa dan berada di bawah Kecamatan Bontang, penduduk Sangatta berkembang pesat. Keadaan ini menjadi peluang usaha baru bagi pengelola hiburan, sehingga di sepanjang Jalan Yos Sudarso ditemukan berbagai macam bentuk THM. “Semua terang-terangan, wanita yang berpakain mini berkeliaran bebas untuk menarik perhatian,” kata pria yang mengaku bernama Syahrul (52).
Bisnis esek-esek, digambar berkembang pesat diantara tahun 1985 sampai tahun 1989, pasalnya banyak pekerja tambang yang membutuhkan sarana hiburan dikala off. Tidak heran, Kampung Kajang (K2) yang dulunya jauh dari pemukiman penduduk, selalu ramai sepaniang waktu. “Dulu itu kalau mau ke Kampung Kajang, bisa naik sepeda motor namun harus bercibaku dengan jalan yang becek dan rusak, satu-satunya yang mudah dengan naik perahu motor karena langsung di tepi Kampung Kajang,” ujar Syahrul.
Ia mengakui, keadaan THM sekarang tidak jauh berbeda dengan masa-masa KPC mulai beraktifitas. Namun, wanita yang terlibat dunia THM tidak berani terang-terangan, kecuali berdiam diri di dalam atau menanti panggilan, jika tidak kerja ngumpet di kamar yang memang satu arena.
Para penjaja seks di Sangatta, selain melayani para ABK yang cukup lama “puasa” juga kerap melayani panggilan hidung belang. Sherli, salah satu penghuni sebuah penginapan di Jalan Yos Sudarso, tidak membantah jika ia kerap melayani panggilan. “Biasanya di hotel-hotel, pernah juga saya dibooking untuk melayani tamu yang sedang menginap di wisma perusahaan,” akunya.
Disinggung dari kalangan apa saja yang membookingnya, Sherli tidak mau membuka vulgar namun ia menilai umunnya orang berada karena tips pelayanan yang diberikan melebihi tarif biasa.
Yang mengkagetkan, Sherli menyebutkan banyak temannya menjadi istri simpanan oknum pegawai Pemkab Kutim serta KPC dan kontratornya. Menurut wanita berkulit sawo matang ini, sejawatnya akan menjadi istri simpanan jika sang “kekasih” datang di Sangatta. “Jika selama sepekan kekasihnya ada di Sangatta, ia tinggal serumah kayak orang suami istri, jika pulang ia kembali ke kami,” cerita Sherli.(habis/Tim SK)