SANGATTA (9/7-2017)
Sejumlah kendaraan pedagang keliling (Pangling) asal Samarinda, mengeluhkan jalan ke Muara Bengkal, Muara Ancalong hingga Senyiur tak kunjung membaik. Sebagai pedagang keliling, mereka mengaku terpaksa menaikan harga terhadap sejumlah barang seperti bawang merah dan putih, kecap, sambal, saus, garam, merica dan kebutuhan dapur lainnya.
Arbain (23) warga Gang KNPI Samarinda mengungkapkan akibat jalan yang rusak, biaya operasional mereka membengkak. “Dari Benu Baru ke Senyiur saja harus ditempuh dua belas jam, itupun harus berjibaku dengan lumpur yang luar biasa,” cerita Arbain.
Cerita jalan bak kubangan lumpur itu diungkapkan sejumlah pedagang keliling lainnya, bahkan mereka mengaku mengalami kesulitan besar saat menuju Desa Senyiur, yang merupakan titik terakhir dalam sepekan berdagang keliling. “Saat ini terparah antara Desa Kelinjau Hulu ke Senyiur, karena jalannya baru saja direndam banjir ditambah hujan,” kata Sukri (45).
Disebutkan untuk menembus Desa Senyiur, semua mobil harus antri melewati kubangan dan satu persatu menarik. Akibat banyaknya kubangan yang dilewati, pemilik dagangan yang juga sopir tak sempat membersihkan diri kecuali harus bergelut dengan lumpur demi dagangan terjual.
Sementara itu Iman – warga Senyiur menyebutkan pasokan sejumlah barang di desanya tergantung dengan pedagang keliling yang umumnya menggunakan mobil bak kecil, karena jalan rusak menyebabkan harga sejumlah barang naik. “Jalan yang rusak ada beberapa titik terparah di kilometer 12 Kelinjau – Senyiur,” terangnya melalui jaringan telepon.(SK12)