SuaraKutim.com, Sangatta – Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kutai Timur 2000-2025, akan segera berakhir dengan Grand Desainnya adalah Agribisnis dan Agroindustri. Capaian terkait dengan RPJPD pertama ini dibuktikan dengan akan beroperasinya Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batota Trans Kalimantan (KEK MBTK), sebagai salah satu wilayah yang akan kembangkan dalam menopang industri Kutai Timur, yang bersumber pada pertanian dalam arti luas.
“Kita merasa yakin bahwa capaian terkait dengan industri yang bersumber pada pertanian dalam arti luas akan kita lalui dengan baik. Saat ini di Kawasan Ekonomi Khusus Maloy, sudah ada sebuah perusahaan yaitu Palma serasih Indonesia yang akan siap membangun industri hilir atau industri turunan dari kelapa sawit. Berikutnya sudah menunggu dua perusahaan yang juga akan membangun industri turunan dari kelapa sawit, yaitu bio diesel dan margarin. Berikutnya sudah beberapa investor yang ingin masuk ke dalamnya terutama investor yang berasal dari luar negeri,” ucap Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, belum lama ini.
Lanjut orang nomor satu di Kutai Timur itu, bahwa ada hal yang menarik terkait dengan Kawasan Ekonomi Khusus Maloy ini. Beberapa hari yang lalu telah terjalin komunikasi baik antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dengan Pemkab Kutai Timur dan mengikutsertakan kajian teknik dari Universitas Mulawarman, Samarinda.
“Dengan adanya pertumbuhan segitiga ini, Kami merasa yakin bahwa kawasan inilah yang nantinya akan menjadi satu episode pertama pembangunan jangka panjang 25 tahun Kabupaten Kutai Timur,” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Hal yang menarik, di sisi lain ternyata investasi yang masuk di Kutai Timur ternyata juga cukup tinggi. Tahun ini Pemkab Kutim menargetkan investasi Rp 13 triliun, baik PMA maupun PMDN. “Sedangkan pada triwulan pertama sudah mencapai Rp 5,9 triliun. Ini satu informasi merupakan satu percepatan yang luar biasa Dan saya merasa yakin capaian ini masih belum termasuk Kobexindo Semen yang nilai investasinya Rp 15 triliun,” jelasnya.
Dengan kemampuan Kutai Timur memberikan peluang kepada para dunia usaha, Ardiansyah harapkan akan ada multiplayer efek yang berkembang di dalamnya. Terutama harus ada manfaat positif yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar perusahaan dan tentunya berimbas pada peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah.
“Kepada semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang perusahaan ada di (bawah pengawasan, red) OPD, masing-masing untuk memberikan masukan kepada perusahaan tersebut bahwa percepatan ekonomi Kutai Timur akan lebih cepat lagi manakala di wilayah setempat adanya keikutsertaan masyarakat di dalamnya sebagai salah satu rangkaian dari pada multiplayer daripada investasi tersebut,” pungkasnya.(Red/SK-01/Adv)