SANGATTA,Suara Kutim.com (20/9)
Keinginan mewujudkan swasembada beras di Kutim tampaknya perlu satu sikap antara pemerintah, Perum Bulog dan petani. Pasalnya selama ini petani lebih doyan menjual gabah kering gilingnya ke swasta ketimbang ke Bulog.
Dandim 0909 Sangatta Letkol Inf Ibnu Hudaya dan Kadis Pertanian dan Peternakan Syafruddin Ginting mengakui upaya mewujudkan swasembada beras perlu kerja keras terlebih di musim kemarau. “Rendahnya nilai beli Bulog terhadap gabah kering petani menjadi salah satu penyebab program swasembada beras di Kutim dan Kaltim pada umumnya tidak bisa terwujud, dari kajian yang ada petani lebih cendrung senang menjual ke swasta karena lebih tinggi ketimbang Bulog,” ujar dandim.
Berdasarkan data yang didapat Dandim Ibnu Hudaya, pihak swasta yang beroperasi di sentra pertanian berani membeli gabah kering antara Rp8 ribu hingga Rp10 ribu perkilogram, sementara Bulog hanya bisa membeli Rp7.300 perkilogram. “Kondisi ini harus dicari jalan keluarnya karena beras yang dijual swasta akhirnya tinggi, selain itu untuk cadangan pangan memerlukan dana besar,” beber Ibnu Hudaya.
Hal senada diakui Kadis Pertanian dan Peternakan Syafruddin Ginting, saat ditemui terpisah mengakui pemerintah terus berupaya membantu petani seperti penyediaan pupuk bersubsidi, pembangunan dan penyempurnaan sarana irigasi termasuk peralatan pertanian. “Selayaknya jika ada bantuan pemerintah, petani hendaknya menjual ke Bulog demi ketahanan pangan nasional serta membantu masyarakat dalam ketersediaan pangan termasuk penyediaan benih,” ujar Syafruddin.
Untuk mewujudkan swasembada beras di Kutim, Dandim Ibnu Hudaya dan Kadistanak Syafruddin menaruh harapan petani “bersedia” menyisihkan panennya untuk dijual kepada bulog agar program swasembada beras terwujud. Keduanya memberikan analias, setiap petani atau setiap gabungan kelompok tani (Gapoktan) bisa mengalokasikan 15 kg hingga 25 kg beras di setiap kecamatan, maka Kutim bisa mengalokasikan 30 Ton beras untuk dapat diserap Bulog. “Konsep ini harus dipahami petani dan semua pihak, pasalnya tujuan pemerintah memberikan pupuks subsidi, menyediakan bibit berkualitas serta sarana pertanian yang memadai tiada lain agar nilai jual dari petani bisa menyelamatkan kepentingan bangsa secara umum,” ujar Syafrudddin.(SK-02/SK-011)