KELOMPOK remaja “bermasalah” untuk menikmati lem kayu atau ngomik, ternyata mereka punya kode khusus. Bagi orang tua atau siapa saja yang tidak tahu akan istilah itu tentu tidak mengerti sehingga apa yang diperbuat di luar rumah tidak ada yang tahu.
Selama investigasi di sejumlah sekolah baik SLTP dan SLTA di Sangatta, ternyata hampir semua sekolah sudah terkontaminasi penyalahgunaan obat terlarang jenis koplo. Sedangkan penggunaan miras dan merokok, diakui hal biasa dan lumrah. Bahkan sejumlah sekolah yang lerlabel ketat dalam penegakan disipilin ternyata “kecolongan” juga.
Kepala Badan (Kaban) Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kutim, Rijali Hadi mengakui banyak tempat di Sangatta yang kerap digunakan sebagai tempat pesta miras, ngelem, ngomix sampai seks bebas baik oleh orang dewasa maupun remaja bahkan anak SD. “Tempatnya memang rawan dan kerap luput dari pengawasan kecuali yang sudah mengenal medan, seperti di daerah Bukit Pelangi,” sebutnya.
Sejumlah oknum pelajar kepada tim investigasi Suara Kutim.com mengakui mereka punya kode-kode jika ingin menggelar “pesta” seperti Koteng artinya minum komik dan kratingdaeng.
Sedangkan kode Gaduk kepanjangan untuk pesta minuman oplosan yang terdiri jamu kuku bima, alkohol dan kratingdaeng. Sedangkan istilah cacul untuk menikmati double el. “Kalau mau beli pil double, cukup sms berapa banyak yang dibeli seperti X cacul artinya 10 biji double el,” aku seorang pelajar kita sebut Rah yang baru duduk dibangku kelas dua SLTP.
Lalu terhadap hubungan seks, para pelajar ini mengaku jika sudah dalam keadaan fly dan kerap menikmati miras atau pil koplo bersama-sama dengan pasangan. Namun, mereka mengaku sebelumnya saat mabuk-mabukan juga nonton film porno yang tersimpan di HP. “Jika sudah fly, apa saja bisa kami lakukan meski disemak belukar yang ada ular atau binatang berbahaya lainnya nggak peduli. Bahkan ngesek pernah dilakukan di sekolah saat sekolah sepi,” aku Rah yang dibenarkan teman-temannya.
Menyinggung gonta-ganti seks dengan bukan pasangan, Rah mengakui kerap dilakukan jika memang semua saat pesta miras atau ngelem sama-sama bawa pasangannya. “Kalau hanya satu orang yang bawa pasangan nggak boleh, karenanya jika mau ngesek kami memisahkan diri biar yang lain nggak lihat tapi pernah juga pasangan saya pergi dengan teman saya saat kami pesta nggak masalah juga sepanjang dianya mau,” beber Rah seraya menyebutkan pasangan ngeseknya bukan pacar tetapi teman pelempiasan nafsu semata namun terkesan seperti pacar.(Tim Suara Kutim.Com)